Rabu, 23 Februari 2011

Fokus

Pusatkan seluruh sumber-daya yang Anda miliki untuk penguasaan satu bidang usaha tertentu. Alokasi sumber-daya dengan cara demikian memungkinkan kita untuk memperoleh hasil yang maksimal.
be well,
Dwika-ExecuTrain



Fokus Atau Palugada?

Inspirasi fauzi rachmanto
Lebih baik fokus menekuni sebuah bisnis, atau mencoba menjalankan beberapa bisnis sekaligus? Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan klasik yang sering diajukan pelaku usaha pemula. Maklum biasanya pada tahap awal terjun ke dunia usaha, semua peluang usaha sepertinya sama indahnya. Sehingga pelaku usaha sering tergoda untuk melayani semua. Dalam bahasa sehari-hari, usahanya masuk kategori “Palugada” (Apa yang Lu mau, Gua ada..) Semua pesanan bisa dilayani, tidak peduli antara satu usaha dengan yang lain relevan atau tidak. Nah, apakah yang demikian salah?
Sebenarnya ini adalah pilihan. Jadi baik memilih untuk memiliki banyak usaha, maupun hanya fokus pada satu bidang usaha, masing-masing memiliki konsekuensi tertentu.
Memilih untuk masuk ke banyak bidang usaha, bagi pelaku usaha pemula, tentu membawa konsekuensi yang tidak sederhana. Dari segi alokasi sumber-daya misalnya, tentu cukup merepotkan. Di sisi lain, sepintas kelihatannya memiliki banyak usaha akan menjamin “keamanan”, karena  jika satu usaha gagal, masih ada yang lain. Meskipun ini bukan jaminan juga, karena bisa saja semua mengalami kegagalan karena pemilik tidak cukup waktu mengelola usaha-usaha nya.
Bagaimana dengan pilihan untuk Fokus pada satu bidang usaha? Bagi pelaku usaha pemula, pilihan ini adalah pilihan yang paling logis. Karena akan memudahkan bagi pemilik usaha untuk membangun sebuah usaha yang berkesinambungan. Apa saja kekuatan dari Fokus ini?

Pertama: Kemudahan dalam Mengkomunikasikan Keunikan

Dewasa ini masuk ke dunia usaha adalah soal mendapat perhatian dari pasar yang kita masuki. Kalau kita tidak memiliki keunikan yang membedakan dengan produk yang sudah lebih dahulu ada di pasar, kita akan sulit mendapat perhatian dari pembeli potensial. Kalaupun memiliki keunikan, namun tidak dapat kita komunikasikan dengan baik, kita juga akan sulit mendapat perhatian, apalagi memperoleh pelanggan.
Karenanya kita perlu untuk selalu mengkomunikasikan dengan efektif, apa yang berbeda dari barang atau jasa yang kita tawarkan. Tidak sekedar unik, namun juga manfaat apa yang tidak ada pada produk lain, nilai apa yang hanya ada pada produk kita, harus dapat dikomunikasikan dengan jelas.
Dan ini hanya memungkinkan kalau kita memiliki fokus yang tajam pada bagian tertentu dari pasar yang demikian luas. Misalnya, katakanlah kita ingin berkiprah di pasar fashion atau busana. Busana apa, untuk pria atau wanita?. Jika busana wanita, apakah untuk wanita muslimah atau umum? Jika untuk muslimah untuk dewasa atau anak? Bahannya apa? Dan seterusnya, hingga kita bisa sangat spesifik. Misalnya, busana wanita muslimah dewasa dengan bahan batik katun dengan corak Bandung. Ini adalah pesan yang sangat spesifik dan mudah diterima dibanding kita hanya mengatakan bahwa kita menjual “busana” saja.

Kedua: Kemudahan untuk Mengembangkan Kompetensi

Apabila kita sudah memutuskan masuk ke dalam suatu bidang usaha tertentu. Tidak ada pilihan, kita atau perusahaan kita harus menjadi pihak yang sangat kompeten dalam bidang tersebut. Pasar harus mengenal kita sebagai “ahli” dari bidang yang kita tekuni.
Dengan menjadi ahli dalam bidang kita, maka pelanggan dengan sendirinya akan mencari kita ketika membutuhkan solusi yang kita miliki. Orang akan bertanya kepada kita jika membutuhkan jawaban dari sebuah persoalan, dan dengan demikian usaha kita akan terus melakukan penjualan, tanpa kita harus berjualan.
Namun untuk mencapai tingkat “kompeten”, tentu tidak mudah. Beberapa ahli bahkan mengatakan bahwa manusia memerlukan waktu 10.000 jam mengerjakan suatu bidang untuk menjadi ahli. Seorang musisi, atlet atau dokter sekalipun memerlukan jam terbang yang cukup untuk menjadi ahli. Sekalipun dia terlahir dengan bakat tertentu.
Bagi perusahaan besar, mudah untuk merekrut sumber-daya manusia yang sudah mencapai tingkat kompetensi yang tinggi. Namun bagi usaha kecil, seringkali kita sendiri sebagai pemilik yang harus membangun kompetensi kita dan perusahaan kita, dari awal.
Kelompok musisi legendaris The Beatles konon ditempa bermain musik terus menerus selama tiga tahun di klub di Jerman sebelum sukses dengan rekaman pertama mereka. Bill Gates menempuh pengalaman membuat program sejak SMA, disambung jatuh bangun membuatkan software untuk perusahaan lain seperti IBM dan Apple, sebelum alhirnya Microsoft sukses dengan sistem operasi Windows nya.  Mereka sudah melampaui 10.000 jam mereka ketika akhirnya dikenal sebagai ahli.

Ketiga: Kemudahan dalam Alokasi Sumber Daya

Sebagai pelaku usaha pemula, dan dengan skala usaha yang masih relatif kecil, kita dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber-daya yang ada dengan segala keterbatasannya.
Sumber daya bagi usaha kita bisa berupa sumber-daya manusia, material, keuangan, pengetahuan dan juga waktu. Kesemuanya tersedia dalam jumlah terbatas, sehingga harus dimanfaatkan secara tepat. Ini adalah jalan bagi usaha kecil untuk menjadi kompetitif.
Apabila kita harus menekuni banyak bidang usaha, maka sumber-daya yang terbatas tadi juga harus terbagi-bagi. Katakanlah yang paling mudah sumber-daya manusia dan keuangan, harus tersedia dalam jumlah cukup untuk banyak bidang usaha. Dan bila ini gagal dilakukan, maka usaha yang kita kelola akan jauh dari kompetitif.
Pilihan lain tentu adalah memusatkan seluruh sumber-daya yang dimiliki untuk penguasaan satu bidang usaha tertentu. Alokasi sumber-daya dengan cara demikian memungkinkan kita untuk memperoleh hasil yang maksimal.
***
Demikianlah kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh sebuah pilihan untuk menekuni satu bidang usaha saja. Kembali pada pertanyaan: Apakah tidak boleh memiliki banyak usaha? Tentu saja boleh. Setelah sukses mengembangkan satu usaha dengan kekuatan fokus, Anda bebas masuk ke bidang usaha lain dan kembali memanfaatkan kekuatan fokus untuk membangun keberhasilan berikutnya. (FR).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar