be well,
Dwika-ExecuTrain
Ekonomi Keluarga Tertata dengan Mengatur Keuangan Secara Bijak
Meningkatnya harga kebutuhan hidup yang semakin lama semakin merangkak naik tidak bisa kita hindari. Setiap kali terjadi kenaikan harga, masyarakat selalu mengeluh, rasanya uang yang ada di tangan mereka makin menyusut nilainya dari hari ke hari. Kita ambil contoh yang gampang: susu. Bayangkan saja kalau satu kotak susu saat ini dihargai Rp 20.000. Kalau Anda punya uang Rp 200.000, uang itu bisa dipakai untuk membeli sepuluh kotak susu dalam sebulan. Ketika harga susu naik menjadi Rp 22.000, uang Rp 200.000 tadi hanya bisa digunakan untuk membeli sembilan kotak susu. Jangan membayangkan bahwa harga barang di sekitar Anda akan terus stabil dari tahun ke tahun. Hampir semua barang akan selalu naik dari tahun ke tahun.
Kenapa harga barang selalu naik? Bagaimana kalau sekarang kita balik? Bagaimana kalau kita hidup di tengah dunia yang dari tahun ke tahun harga barangnya selalu turun? Daging ayam sekilo sekarang harganya tiga belas ribu rupiah. Tahun depan harga daging ayam cuma sebelas ribu rupiah. Tahun depannya lagi cuma sepuluh ribu rupiah. Enak bukan? Tapi akibatnya, penghasilan pedagang turun, barang-barang dan jasa yang dijual di toko (dan yang dijual oleh perusahaan tempat Anda bekerja) harganya bisa dipastikan juga akan turun. Apa akibatnya? Penghasilan Anda juga akan menurun. Kenapa harga barang selalu naik? Pertama karena naiknya permintaan (demand pull inflation) dan kedua karena tekanan biaya (cost push inflation). Sebagai contoh harga burger McDonald yang tadinya Rp 6.000 sekarang menjadi Rp 10.000, hal ini disebabkan karena biaya membuat burger itu naik (dalam hal ini harga daging sapi naik). Tapi kenapa harga daging sapi naik? Mungkin saja karena makin tingginya permintaan atas daging sapi. Disini Anda bisa melihat hubungan antara naiknya permintaan dengan tekanan biaya dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain, dan itu semua menuju ke arah yang sama yaitu kenaikan harga.
Setiap orang memiliki mekanisme arus kas yang sama setiap bulan. Anda mendapatkan penghasilan atau pemasukan berupa uang dari pekerjaan Anda, dan dari penghasilan itu Anda mengambil sebagian (atau seluruhnya) untuk membayar segala macam pengeluaran. Hal itu Anda lakukan terus setiap bulan. Jadi, dalam keuangan keluarga ada dua hal penting yang harus diperhatikan:
1. Bagaimana mendapatkan penghasilan
2. Bagaimana mengelola penghasilan tersebut
Fokus Cara Mendapatkan Penghasilan
Kita sering kali melihat orang memiliki penghasilan besar, tetapi uangnya selalu habis setiap bulan. Orang seperti ini biasanya hanya fokus kepada bagaimana mendapatkan penghasilan tetapi tidak tahu cara mengelolanya. Orang seperti ini akan kehabisan uang berapa pun penghasilan yang ia dapatkan
Fokus pada Cara Mengatur Penghasilan
Di lain pihak, ada orang yang penghasilannya tidak seberapa. Namun, ia selalu bisa hidup berkecukupan. Orang seperti ini biasanya lebih fokus pada cara mengelola penghasilannya dengan baik bukan kepada bagaimana mendapatkan penghasilan. Bagi orang ini, seberapa pun penghasilan yang ia peroleh, uangnya akan selalu mencukupi. Mereka biasanya hanya bersandar pada satu sumber penghasilan (biasanya dari gaji), dan jumlahnya pun tidak terlalu besar. Namun demikian, mereka tetap bisa mengatur pengeluarannya sehingga tidak melebihi jumlah pemasukan yang diterimanya.
Fokus Mana yang Dipilih?
Tidak ada keharusan ke sebelah mana Anda harus berfokus. Sah-sah saja kalau Anda lebih berfokus kepada salah satunya. Tapi, alangkah lebih baiknya jika Anda memberikan perhatian yang sama besar terhadap keduanya, bukan hanya memikirkan salah satunya dan mengorbankan yang lain.
Setelah mengetahui dua hal penting dalam keuangan keluarga, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa pengeluaran keluarga setiap bulan. Ada tiga komponen besar pengeluaran keluarga yaitu:
1. Untuk membayar cicilan utang (KPR, kredit mobil, dan kartu kredit)
2. Untuk membayar premi asuransi (asuransi jiwa, asuransi pendidikan, dll)
3. Untuk membayar biaya hidup (bahan makanan, sabun, uang sekolah anak, dll)
Dengan demikian, jika keluarga mendapatkan pemasukan sebesar Rp 2.000.000, maka pemasukan itu akan digunakan untuk membayar cicilan utang, membayar premi asuransi, dan membayar biaya hidup. Sisanya apabila ada baru ditabungkan. Apabila pengeluaran di atas dirinci lagi, maka gambarannya seperti di bawah ini
Gaji, honor, dll.
Total pemasukan Rp 2.000.000
Pengeluaran:
1. Cicilan utang
2. Premi asuransi
3. Biaya hidup
Total pengeluaran Rp 1.700.000
Selisih Rp 300.000
Dari selisih setiap bulannya itulah keluarga menabungkan uangnya. Namun demikian, sering kali sebuah keluarga tidak bisa menabung karena pengeluarannya terlalu besar, sehingga pemasukan keluarga tersebut tidak bersisa sama sekali atau terjadi defisit, jika terjadi defisit maka berbagai masalah akan timbul dalam keluarga.
Karena itu, adalah lebih baik jika tindakan menabung lebih didahulukan, baru sisa uangnya dipakai untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang lain atau paling tidak, menabung dilakukan setelah Anda membayar komponen pengeluaran yang akan berbunga apabila ditunda, yaitu cicilan utang. Gambarannya menjadi seperti di bawah ini:
1. Gaji, honor, dll.
Total pemasukan Rp 2.000.000
Pengeluaran:
1. Cicilan utang
2. Setoran tabungan
3. Premi asuransi
4. Biaya hidup
Total pengeluaran Rp 2.000.000
Selisih Rp 0
Jadi, ada dua manfaat yang Anda dapatkan dengan memasukkan menabung sebagai salah satu komponen dalam pengeluaran Anda:
1. Anda jadi bisa menabung
2. Anda akan ‘dipaksa’ untuk bisa hidup dengan membayar premi asuransi dan biaya hidup dari sisa uang yang ada
Selain pengeluaran di atas tadi, ada juga pengeluaran yang tidak wajib seperti keanggotaan fitness, rekreasi, nonton, membeli baju, yang biasanya tanpa kita sadari pengeluaran tidak wajib ini tiba-tiba memperbesar anggaran belanja setiap bulan. Cara yang bisa ditempuh untuk menghemat pengeluaran tidak wajib Anda adalah, membelanjakan kebutuhan tidak wajib Anda paling tidak dari sekali seminggu, Anda bisa mengurangi menjadi sekali dalam dua minggu atau sekali sebulan.
Langkah selanjutnya adalah buat daftar kebutuhan keluarga setiap bulan, perlu diingat bahwa standar kebutuhan hidup keluarga satu dengan yang lain tidak sama. Misalkan jika anggaran membeli bahan pokok keluarga Anda Rp 500.000, sedangkan teman Anda Rp 1.000.000, maka teman Anda bukan bersifat boros melainkan pengeluaran tersebut sudah menjadi standar kehidupan keluarganya, yang penting adalah bahwa Anda harus mematuhi jadwal kebutuhan yang sudah anda buat berdasarkan standar kebutuhan hidup Anda sendiri.
Prinsipnya, bila pengeluaran Anda setiap bulannya selalu lebih besar daripada pemasukan, hal itu biasanya terjadi bukan karena kecilnya penghasilan Anda, tetapi karena sikap Anda sendiri. Dan sikap itulah yang harus Anda ubah lebih dahulu kalau Anda ingin menghilangkan defisit Anda setiap bulan. Kalau sikap Anda tidak berubah, berapa pun penghasilan Anda, tetap saja mengalami defisit.
Sumber: Safir Senduk. mengatur pengeluaran secara bijak
Kenapa harga barang selalu naik? Bagaimana kalau sekarang kita balik? Bagaimana kalau kita hidup di tengah dunia yang dari tahun ke tahun harga barangnya selalu turun? Daging ayam sekilo sekarang harganya tiga belas ribu rupiah. Tahun depan harga daging ayam cuma sebelas ribu rupiah. Tahun depannya lagi cuma sepuluh ribu rupiah. Enak bukan? Tapi akibatnya, penghasilan pedagang turun, barang-barang dan jasa yang dijual di toko (dan yang dijual oleh perusahaan tempat Anda bekerja) harganya bisa dipastikan juga akan turun. Apa akibatnya? Penghasilan Anda juga akan menurun. Kenapa harga barang selalu naik? Pertama karena naiknya permintaan (demand pull inflation) dan kedua karena tekanan biaya (cost push inflation). Sebagai contoh harga burger McDonald yang tadinya Rp 6.000 sekarang menjadi Rp 10.000, hal ini disebabkan karena biaya membuat burger itu naik (dalam hal ini harga daging sapi naik). Tapi kenapa harga daging sapi naik? Mungkin saja karena makin tingginya permintaan atas daging sapi. Disini Anda bisa melihat hubungan antara naiknya permintaan dengan tekanan biaya dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain, dan itu semua menuju ke arah yang sama yaitu kenaikan harga.
Setiap orang memiliki mekanisme arus kas yang sama setiap bulan. Anda mendapatkan penghasilan atau pemasukan berupa uang dari pekerjaan Anda, dan dari penghasilan itu Anda mengambil sebagian (atau seluruhnya) untuk membayar segala macam pengeluaran. Hal itu Anda lakukan terus setiap bulan. Jadi, dalam keuangan keluarga ada dua hal penting yang harus diperhatikan:
1. Bagaimana mendapatkan penghasilan
2. Bagaimana mengelola penghasilan tersebut
Fokus Cara Mendapatkan Penghasilan
Kita sering kali melihat orang memiliki penghasilan besar, tetapi uangnya selalu habis setiap bulan. Orang seperti ini biasanya hanya fokus kepada bagaimana mendapatkan penghasilan tetapi tidak tahu cara mengelolanya. Orang seperti ini akan kehabisan uang berapa pun penghasilan yang ia dapatkan
Fokus pada Cara Mengatur Penghasilan
Di lain pihak, ada orang yang penghasilannya tidak seberapa. Namun, ia selalu bisa hidup berkecukupan. Orang seperti ini biasanya lebih fokus pada cara mengelola penghasilannya dengan baik bukan kepada bagaimana mendapatkan penghasilan. Bagi orang ini, seberapa pun penghasilan yang ia peroleh, uangnya akan selalu mencukupi. Mereka biasanya hanya bersandar pada satu sumber penghasilan (biasanya dari gaji), dan jumlahnya pun tidak terlalu besar. Namun demikian, mereka tetap bisa mengatur pengeluarannya sehingga tidak melebihi jumlah pemasukan yang diterimanya.
Fokus Mana yang Dipilih?
Tidak ada keharusan ke sebelah mana Anda harus berfokus. Sah-sah saja kalau Anda lebih berfokus kepada salah satunya. Tapi, alangkah lebih baiknya jika Anda memberikan perhatian yang sama besar terhadap keduanya, bukan hanya memikirkan salah satunya dan mengorbankan yang lain.
Setelah mengetahui dua hal penting dalam keuangan keluarga, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa pengeluaran keluarga setiap bulan. Ada tiga komponen besar pengeluaran keluarga yaitu:
1. Untuk membayar cicilan utang (KPR, kredit mobil, dan kartu kredit)
2. Untuk membayar premi asuransi (asuransi jiwa, asuransi pendidikan, dll)
3. Untuk membayar biaya hidup (bahan makanan, sabun, uang sekolah anak, dll)
Dengan demikian, jika keluarga mendapatkan pemasukan sebesar Rp 2.000.000, maka pemasukan itu akan digunakan untuk membayar cicilan utang, membayar premi asuransi, dan membayar biaya hidup. Sisanya apabila ada baru ditabungkan. Apabila pengeluaran di atas dirinci lagi, maka gambarannya seperti di bawah ini
Keluarga yang punya sisa uang untuk ditabung
Pemasukan:Gaji, honor, dll.
Total pemasukan Rp 2.000.000
Pengeluaran:
1. Cicilan utang
2. Premi asuransi
3. Biaya hidup
Total pengeluaran Rp 1.700.000
Selisih Rp 300.000
Dari selisih setiap bulannya itulah keluarga menabungkan uangnya. Namun demikian, sering kali sebuah keluarga tidak bisa menabung karena pengeluarannya terlalu besar, sehingga pemasukan keluarga tersebut tidak bersisa sama sekali atau terjadi defisit, jika terjadi defisit maka berbagai masalah akan timbul dalam keluarga.
Karena itu, adalah lebih baik jika tindakan menabung lebih didahulukan, baru sisa uangnya dipakai untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang lain atau paling tidak, menabung dilakukan setelah Anda membayar komponen pengeluaran yang akan berbunga apabila ditunda, yaitu cicilan utang. Gambarannya menjadi seperti di bawah ini:
Keluarga yang memasukkan unsur menabung dalam pengeluarannya
Pemasukan:1. Gaji, honor, dll.
Total pemasukan Rp 2.000.000
Pengeluaran:
1. Cicilan utang
2. Setoran tabungan
3. Premi asuransi
4. Biaya hidup
Total pengeluaran Rp 2.000.000
Selisih Rp 0
Jadi, ada dua manfaat yang Anda dapatkan dengan memasukkan menabung sebagai salah satu komponen dalam pengeluaran Anda:
1. Anda jadi bisa menabung
2. Anda akan ‘dipaksa’ untuk bisa hidup dengan membayar premi asuransi dan biaya hidup dari sisa uang yang ada
Selain pengeluaran di atas tadi, ada juga pengeluaran yang tidak wajib seperti keanggotaan fitness, rekreasi, nonton, membeli baju, yang biasanya tanpa kita sadari pengeluaran tidak wajib ini tiba-tiba memperbesar anggaran belanja setiap bulan. Cara yang bisa ditempuh untuk menghemat pengeluaran tidak wajib Anda adalah, membelanjakan kebutuhan tidak wajib Anda paling tidak dari sekali seminggu, Anda bisa mengurangi menjadi sekali dalam dua minggu atau sekali sebulan.
Langkah selanjutnya adalah buat daftar kebutuhan keluarga setiap bulan, perlu diingat bahwa standar kebutuhan hidup keluarga satu dengan yang lain tidak sama. Misalkan jika anggaran membeli bahan pokok keluarga Anda Rp 500.000, sedangkan teman Anda Rp 1.000.000, maka teman Anda bukan bersifat boros melainkan pengeluaran tersebut sudah menjadi standar kehidupan keluarganya, yang penting adalah bahwa Anda harus mematuhi jadwal kebutuhan yang sudah anda buat berdasarkan standar kebutuhan hidup Anda sendiri.
Prinsipnya, bila pengeluaran Anda setiap bulannya selalu lebih besar daripada pemasukan, hal itu biasanya terjadi bukan karena kecilnya penghasilan Anda, tetapi karena sikap Anda sendiri. Dan sikap itulah yang harus Anda ubah lebih dahulu kalau Anda ingin menghilangkan defisit Anda setiap bulan. Kalau sikap Anda tidak berubah, berapa pun penghasilan Anda, tetap saja mengalami defisit.
Sumber: Safir Senduk. mengatur pengeluaran secara bijak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar