Arung Jeram Bukan Sekedar Fun
**Agustinus Agung Wirawan
“Cihuuuuuiiiiiii…!!!!!!!”, begitu teriak Eko dan Wijaya, rekan-rekan dari Engineering TDW, saat perahu mereka menembus sebuah jeram di sungai Cicatih Sukabumi. Teriakan-teriakan gembira serta gelak tawa ceria mewarnai perjalanan arung jeram kami siang itu. Rangkaian Jeram-jeram yang cukup menantang, udara pedesaan yang jauh dari polusi serta pemandangan gunung Gede dan Halimun yang alami nan indah benar-benar membuat kami segar dan rileks. Rasa penat dan pusing, menumpuknya pekerjaan di kantor serta hiruk pikuk jalan raya seakan hilang dan terlupakan saat itu. Buat saya sendiri perjalanan kali menjadi nostalgia tersendiri, setelah off dari arung jeram kurang lebih 5 tahun sejak Kejurnas Arung Jeram di Serayu Jawa Tengah 1998. Tidak sia-sia kiranya kami berangkat dari GKD ke Sukabumi untuk mencoba arung jeram.
Beresiko dan Ekslusif
Pada masa awal perkembangannya di Indonesia tahun1970-an, arung jeram dikenal sebagai kegiatan petualangan murni, kegiatan yang memicu adrenalin para penggelutnya. Kegiatan ini dilakukan dengan mengarungi sungai menggunakan perahu karet yang sering disebut dengan rafting atau menggunakan perahu sejenis kayak dan kano, yang sering disebut kayaking dan canoeing. Kondisi sungai yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sungai yang memiliki arus deras, berbatu, berkelok-kelok, dengan gelombang sungai yang tinggi dengan ketinggian sungai yang kadang menurun dengan curam. Secara objectif kondisi alam yang demikian merupakan kondisi alam berbahaya memiliki potensi kecelakaan. Itulah mengapa Arung jeram dikenal dengan kegiatan beresiko tinggi seperti halnya terjun paying dan kegiatan berbahaya lainnya. Apalagi ditambah dengan deretan kecelakaan yang terjadi, menambah kengerian dan image yang “angker” pada kegiatan ini.
Ekslusif, itu juga menjadi image kegiatan arung jeram. Ekslusifisme kegiatan ini timbul karena dulu perlengkapan kegiatan ini seperti perahu karet yang terbuat dari bahan Hypalon atau PVC, pelampung, dayung, helm dan perlengkapan safetynya sulit didapat. Hampir semua perlengkapan harus kita beli dari luar negeri, yang membuat harganya jadi sangat mahal. Untuk sebuah perahu dengan perlengkapan arung jeram lengkap dibutuhkan biaya antara 16-25 juta rupiah. Hingga akhirnya perlengkapan arung jeram hanya dimiliki oleh organisasi-organisasi yang punya dana saja. Sebagian besar para pengelut kegiatan arung jeram di awal perkembangannya sampai sekitar tahun 90’an, akhirnya menggunakan perlengkapan seadanya yang tidak standar, ala kadarnya kalau boleh dibilang begitu. Tapi apa boleh buat, kalau sudah niat, apapun dilakukan, mungkin itu yang ada dalam benak para perintis kegiatan arung jeram di Indonesia.
Kondisi-kondisi tersebutlah yang menyebabkan arung jeram hanya dikenal dan digeluti oleh segelintir orang saja pada kalangan terbatas.
Wisata & Olah raga
Saat ini arung jeram merupakan salah satu kegiatan petualangan yang digemari oleh masyarakat secara umum. Tua-muda bahkan anak-anak usia 5 tahun sudah bisa mengikuti kegiatan ini. Arung jeram sudah tidak lagi didominasi oleh para mahasiswa pecinta alam, seperti pada masa awal perkembangannya dulu di tahun 70-80-an.
Image arung jeram sebagai kegiatan petualangan yang beresiko tinggi dan ekslusif sudah berubah menjadi kegiatan wisata yang menyenangkan. Untuk dapat mengikutinya tidak diharuskan memiliki skill berarung jeram sebelumnya, ibaratnyanya hanya dengan bermodal pakaian lapangan, pakaian ganti dan tiket wisata saja orang awam bisa melakukan kegiatan arung jeram. Hal ini dimudahkan dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa wisata arung jeram. Paling tidak dapat kita temui lebih dari 5 perusahaan di Jakarta yang menyediakan paket wisata arung jeram di beberapa sungai di daerah Sukabumi, belum lagi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra Barat, Sumatra Utara bahkan Aceh, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Melalui perusahaan wisata tersebut, saat ini arung jeram dikelola secara professional dengan peralatan yang standar dan pemandu sungai (river guide) yang berpengalaman. Dengan pengelolaan yang professional dan prosedur safety yang standar maka kondisi bahaya yang ada di sungai dapat ditekan seminimal mungkin dan diantisipasi. Kemungkinan bahaya atau resiko masih tetap ada tentunya, akan tetapi sumber penyebab biasanya bukan pada kondisi alamnya, tapi justru terletak pada kesalahan faktor manusia, terutama pada pelaksanaan prosedur safety-nya serta skill dari pemandu sungai.nya. Selama kedua hal tersebut terpenuhi, maka wisata arung jeram yang kita ikuti akan menyenangkan.
Selain berkembang sebagai alternatif wisata, kegiatan arung jeram juga telah berkembang sebagai olah raga prestasi yang dilombakan. Arung jeram bahkan sudah masuk sebagai cabang yang dilombakan di olimpiade untuk kayak. Di Indonesia sendiri, arung jeram sudah dilombakan tingkat nasional dalam bentuk Kejurnas sejak 1993 di sungai Ayung Bali. Bahkan Indonesia sudah dijadikan ajang kejuaraan dunia kayak yang dilaksanakan di sungai Asahan Sumatra Utara tahun 2003 lalu.
Demikian hingga saat ini arung jeram semakin banyak digemari oleh khalayak luas di Indonesia.
Bukan sekedar Fun
Dengan berkembangnya kegiatan arung jeram sebagai salah satu wisata alam/petualangan dan olah raga, akhirnya banyak orang mengambilnya sebagai alternatif untuk mengisi liburan dan refreshing. Mereka mendapatkan kesegaran, kegembiraan dan pengalaman yang menarik setelah mengikuti kegiatan ini. Akan tetapi apabila dikaji lebih jauh, kegiatan arung jeram ternyata mengandung banyak aspek psikologis yang dapat dipelajari didalamnya.
Aspek psikologis yang pertama adalah Pengambilan keputusan. Dalam sebuah pengarungan sungai pengambilan keputusan baik secara individu maupun kelompok, sangat sering dilakukan, terutama pada saat penentuan dan pemilihan jalur pengarungan. Pengambilan keputusan yang tepat saat menentukan jalur pengarungan sangat mempengaruhi kesuksesan pengarungan. Dibutuhkan analisa kondisi jeram yang baik untuk pengambilan keputusan jalur mana yang akan dipilih untuk dilalui. Kesalahan dalam proses analisa kondisi dan pengambilan keputusan dapat mengakibatkan kesalahan bahkan kecelakaan. Selain itu, pengambilan keputusan dalam arung jeram juga harus dilakukan untuk mengantisipasi kondisi darurat, perubahan rencana serta perubahan situasi juga muncul dalam sebuah pengarungan. Pada kondisi ini, pengambilan keputusan harus dilakukan secara cepat dan tepat, mengingat kondisi yang dihadapi sifatnya diluar rencana dan tiba-tiba. Dibutuhkan ketenangan untuk dapat melakukan pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat pada kondisi ini. Dengan demikian dapat dilihat bahwa proses analisa dan pengambilan keputusan muncul dalam kegiatan arung jeram.
Aspek psikologis yang berikutnya adalah Kerja sama. Arung jeram terutama menggunakan perahu karet atau rafting adalah kegiatan yang benar-benar aktifitas tim atau kelompok. Dalam sebuah perahu karet yang biasanya terdiri dari 4-6 orang. Masing-masing berada pada posisi yang berbeda-beda, ada yang di depan, dibelakang, ada yang disebelah kiri dan ada yang di kanan. Masing-masing memiliki peran tertentu dalam sebuah perahu. Ketika perahu melakukan manuver atau melaju ke jalur pengarungan yang telah ditentukan terkadang masing-masing harus melakukan jenis teknik dayungan yang berbeda. Untuk memdapatkan sebuah pengarungan yang sukses dibutuhkan perencanaan yang matang serta koordinasi dan komunikasi yang baik antara setiap anggota tim. Selain itu keberadaan seorang leader atau biasa disebut kapten dalam sebuah perahu sangat dibutuhkan. Dengan peran seorang leader dalam perahu, maka kesatuan persepsi tentang apa yang akan dilakukan tim secara bersama dapat terwujud. Jadi dalam sebuah perahu ada kesatuan visi dan komando, meskipun peran dari masing-masing orang berbeda-beda. Dengan pola aktifitas yang demikian, maka jelas kiranya apabila aspek kerja sama tim muncul secara dominan dalam kegiatan arung jeram.
Kemudian aspek psikologis yang berikutnya Pengendalian diri. Kegiatan arung jeram seperti yang kita ketahui merupakan kegiatan yang mengandung unsur tantangan dan resiko. Bagi sebagian orang tantangan dan resiko dapat menimbulkan perasaan was-was dan tekanan atau stress. Sedangkan bagi sebagian lagi tantangan dan resiko sebaliknya menimbulkan perasaan begitu bersemangat dan bergairah atau excitement. Perasaan-perasaan tersebut dapat mengganggu kelancaran dan keselamatan sebuah pengarungan apabila muncul secara berlebihan dan tidak dikendalikan. Perasaan was-was dan tertekan apabila tidak dikendalikan dapat menggangu konsentrasi seseorang untuk mendengarkan komando dayungan, menganalisa kondisi jeram serta mengganggu gerak motoriknya. Perasaan was-was dan tertekan yang berlebihan dapat membuat seorang pengarung jeram sesaat tidak dapat bergerak dan pikiran menjadi kosong, tidak dapat menerima stimulus dari luar. Kondisi ini biasa disebut dengan black out. Apabila kondisi tersebut terjadi maka akan membahayakan dirinya sendiri dan juga rekan yang lain, mengingat arung jeram adalah aktifitas tim.
Perasaan yang bersemangat dan bergairah yang berlebihan juga dapat mengganggu pengarungan. Dalam kondisi tersebut seorang pengarung jeram menjadi terlalu bersemangat dan melakukan analisa yang salah terhadap kondisi jeram, khususnya tingkat kesulitannya. Karena terlalu bersemangat seorang pengarung jeram terdorong untuk mengambil setiap tantangan yang ada dan kurang mempertimbangkan kemampuannya sendiri atau kemampuan tim. Terkadang seseorang terdorong mengambil tantangan dan resiko yang jauh lebil tinggi dari kemampuannya. Kondisi seperti itulah yang kemudian memicu terjadinya kecelakaan dalam arung jeram. Oleh karenanya pengendalian diri dalam arung jeram sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengarungan yang nyaman dan aman tapi tetap menggembirakan.
Berdasarkan aspek-aspek psikologi yang muncul dalam kegiatan arung jeram tersebut, saat ini beberapa konsultan pengembangan sdm mulai mengembangkan arung jeram menjadi salah satu media atau metode training yang dapat digunakan untuk mengembangkan kerjasama tim atau Team Building, Management Resiko serta Management Stess.
Wah….ternyata dari kegiatan arung jeram yang dapat kita peroleh bukan hanya kesegaran, kegembiraan dan pengalaman yang menarik saja, tapi banyak hal lain seperti perencanaan kerja, koordinasi, komunikasi, pengambilan keputusan, kerja sama dan pengendalian diri. Berikutnya SELAMAT MENCOBA…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar