“Talent Management” (TM) atau Manajemen Bakat diterapkan guna mengakomodir kebutuhan organisasi dalam memenuhi krisis kepemimpinan.
be well,
Dwika-ExecuTrain
Talent Management Cita Rasa Lokal
**anomph.blogdetik.com
Di era persaingan sekarang, semua organisasi menggunakan segala macam cara guna memenangkan era kompetisi ini. Beberapa cara yang sering dianjurkan oleh para konsultan manajemen dan bisnis biasanya membuat organisasi tsb sebagai sebuah learning organization, agar tercetak manusia2 yang smart, kompetitif dan capable dalam mendukung organisasi tsb bersaing.
Ada lagi knowledge management, dimana dgn mengimplementasikan konsep tsb diharapkan organisasi tsb tidak akan kehilangan intellectual assetnya walaupun para anggota organisasinya pergi dan masuk, seiring salah satu ciri era persaingan adalah “bajak membajak karyawan” :).
Dalam artikel ini saya akan coba membagi pengetahuan yang saya tahu tentang salah satu konsep manajemen yang saat ini sedang banyak dicoba untuk di terapkan di banyak organisasi di Indonesia, konsep tsb adalah “Talent Management” (TM) atau dalam bahasa kita bs diartikan Manajemen Bakat. :) gak enak memang didengar kalau di Indonesiakan.
TM objektif simpelnya diterapkan guna mengakomodir kebutuhan organisasi dalam memenuhi krisis kepemimpinan, dan bisa juga di lebarkan utk memenuhi talent2 di organisasi yg berada di area2 critical atau area yg sulit didapatkan kandidat utk area tsb.
Lalu adakah hubungan dengan acara “Indonesia Got Talent” atau Indonesia mencari bakat yang sedang ramai di tonton oleh masyarakat negri ini melalui layar kaca televisi kita??? Mungkin ya mungkin tidak. Ya, jika dilihat objektifnya, sama2 mengisi kekosongan bakat2. Jika yg di tv, mengisi kelangkaan bakat2 di dunia entertaiment, kalau TM mengisi kelangkaan bakat2 didunia bisnis saat ini.
Lalu apakah dari dulu bangsa ini belum melakukan konsep tsb? Padahal era persaingan dari dulu juga sudah ada, kelangkaan bakat2 utk menduduki suatu posisi strategis juga sudah ada. Lalu bagaimana TM dulu dijalankan di negeri ini? Kalau kita memvonis semua itu tanpa konsep atau ekstrimnya karena KKN mungkin juga. Tapi so far banyak juga hasil2 konsep TM versi dulu itu juga banyak yang bagus, coba kita lihat tokoh2 bangsa ini yang terpilih sebagai anak bangsa yang mengatur lembaga dan institusi di negeri ini. Siapa yang tidak kenal dengan Bapak BJ Habibie dengan rumus2 dan teori2 ttg aerodinamiknya, Ibu Sri Mulyani yang akhirnya merelakan pengetahuan dan pengalamannya digunakan oleh bank dunia walaupun hati kecilnya masih mau mengabdikan pengetahuannya bagi bangsa ini.
Apakah proses perekrutan dan development 2 org tokoh tsb tidak menggunakan konsep? Saya mau balik bertanya, lalu konsep TM yg bagaimana yg dipakai dulu oleh bangsa kita? Bagaimana pengaturan kaderisasi kepemimpinan di tubuh organisasi TNI/Polri? Apakah mereka tidak menggunakan TM? Lalu pakai konsep apa?
Pemikiran simple saya sebagai jawabannya adalah TM dengan tanpa konsep berbelit2 dan tanpa aturan2 tertulis dan juga tidak diajarkan di institusi pendidikan manapun, TM dengan kontrol sosial yang melekat sebagai fit and proper testnya, (lihat artikel sebelumnya yg berjudul ‘menyalip di tikungan’, bagaimana seorang presiden Bpk SBY juga mempunyai konsep TM sendiri dlm memilih calon Kapolri)
Terlepas dengan konsep manajemen barat ttg TM itu sendiri, bangsa ini pun memiliki standar manajemen sendiri dimana kekeluargaan, gotong royong dan persatuan menjadi pondasi di setiap konsep yang dilakukan.
Bukan berarti konsep TM yg berasal dr pemikiran barat tsb jelek atau tidak dapat dijalankan disini, dan juga konsep TM perjuangan :) yang selama ini dijalankan oleh bangsa ini terlalu sarat dengan kemungkinan KKN, namun konsep2 tsb harus lebih sering diujicobakan terlebih dahulu di banyak organisasi di negeri ini, biarkan konsep2 tsb beradaptasi dan menyesuaikan dgn kultur bangsa ini. Karena bagaimanapun juga perpaduan antara 2 hal yang baik pasti akan menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar