Manajemen Perubahan " CHANGE"
**mirdin.blogspot.com
....."Kalau perubahan itu datangnya dari orang lain. Orang akan pikir-pikir. Tetapi kalau orang merasa perubahan itu datang dari dirinya sendiri, maka orang akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian perlu Change Manajemen. Bagaimana membuat seakan-akan perubahan ini tidak datang dari orang lain".....Rhenald Kasali.
Mengelola change ini sangat tidak mudah karena kita terkontrol oleh kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. ”Selama ini kita bicara tentang perubahan itu secara struktural. Kalau mau lebih mendalam lagi, perubahan harus sampai kepada perubahan kultural, sampai ke culture-nya,” ungkap Rhenald.
Hampir semua tokoh-tokoh perubahan mengalami tantangan, harus perang, kena surat kaleng, kena sms palsu, kena fitnah, terpaksa harus memberhentikan orang, harus berkelahi, bahkan para Nabi Besar harus berkorban untuk membawa perubahan yang luar biasa pada umatnya. Seperti Nabi Muhammad yang melakukan perubahan, dari kehidupan ”jahiliyah” menjadi kehidupan yang lebih baik.
Kita juga dapat melihat contoh tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Martin Luther King yang menghapuskan politik segregasi di Amerika, itu perubahan. Kemudian juga Abraham Lincoln yang menghapuskan perbudakan sampai harus mengalami peperangan dengan orang selatan yang ingin mempertahankan perbudakan, akhirnya juga mati. Juga Mahatma Gandhi yang mempertahankan kehidupan demokrasi di India tanpa kekerasan, bahkan dia mengizinkan Pakistan untuk merdeka, akhirnya ditembak. Terakhir di Indonesia, kita juga melihat seorang tokoh perubahan juga mati diracun, Munir. Ini masih terus berlanjut. Betapa manusia seringkali tidak senang dengan adanya perubahan. Karena manusia pada dasarnya ingin hidup pada Comfort Zone, Zona yang nyaman.
Tetapi segala ketenangan itu telah melahirkan kita hidup dalam era comfort zone. Padahal comport zone is number one killer. Sekarang perubahan yang terjadi di seluruh dunia, mau tidak mau akan menerpa kita nantinya. Celakanya, perubahan yang membuat kita mati adalah perubahan mati yang pelan-pelan.
Perubahan itu dapat dilakukan dari berbagai aspek. Mulai dari yang paling luar misalnya aspek kemasan atau logo. Orang biasanya rentan untuk merubah sesuatu yang dianggap sakral, seperti logo perusahaan, organisasi dsb. Pada sebuah contoh kemasan, suatu biskuit yang dulu digemari kini tidak lagi diminati oleh generasi muda. Mereka menganggap biskuit itu biskuit generasi neneknya. Contoh lainnya pada produk sabun mandi, kini sabun mandi tersedia dalam kemasan cair, bintang iklannya pun selalu diganti dari masa ke masa. Tujuannya menurut Rhenald Kasali, agar produk tersebut selalu nampak fresh di pasar. Itu merupakan jawaban atas tuntutan perubahan. Demikian halnya pada mode pakaian, kemasan obat-obatan dsb.
Kemudian kalau kita masuk lebih dalam lagi, kita juga merubah struktur, kita bisa merubah cara orang bekerja, kecepatan kerja dan kita juga bisa merubah cara orang memberikan pelayanan lebih cepat, lebih baik, respon yang lebih cepat. Sampai kita masuk ke kulturnya, nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Jadi perubahan bisa menyangkut banyak hal.
Didalam manajemen perusahaan selalu kita bedakan ada tipe orang pedalaman dan ada tipe orang pesisir. Tipe yang lebih cepat melakukan perubahan adalah tipe orang pesisir, karena mereka berinteraksi dengan lebih luas. ”Jangan sampai anda menjadi tipe orang pedalaman. Mempertahankan tradisi terus-menerus dari masa-ke masa,” tegas Rhenald. Biasanya ciri-ciri orang tipe pedalaman di perusahaan terlihat ketika mengikuti suatu seminar di luar kota yang dihadiri peserta dari berbagai perusahaan. Mereka duduk satu meja dan berkumpul dengan teman sekantor, serta makan siang bersama teman sekantor. Tidak ada interkasi dengan dunia luar. Padahal gagasan-gagasan untuk mengembangkan jasa, pelayanan, kegiatan produksi dan sebagainya itu adalah perkawinan pemikiran. Perkawinan pemikiran dari orang-orang yang hanya mainnya di dalam akan melahirkan produk-produk atau karya-karya yang sifatnya cacat. Oleh karena itu interaksi, membuka diri dengan dunia luar itu sangat penting. Perusahaan yang sukses itu adalah perusahaan yang terbuka.
Contohnya negara Singapura. Singapura adalah negara kecil yang tidak punya apa-apa. Tetapi telah menciptakan pembedaan. Dimulai dengan kebijakan Singapura bersih. Karena negara-negara disekitarnya tidak bersih. Singapura melakukan pembedaan yang dapat diminati oreh para investor. Sehingga menjadi tempat weekend-nya para pengusaha, dengan dimikian dapat menerima pendapatan dan pajak yang tinggi. Disamping itu Singapura juga memposisikan diri sebagai Trading Center (pusat belanja). Setelah itu mengembangkan rumah sakit, yang sekarang mulai diambil oleh Malaysia. Berobat itu trend Malaysia sekarang. Kemudian sekarang Singapura memposisikan diri sebagai pusat pendidikan. Sehingga banyak orang tua di mana-mana yang menyekolahkan anaknya ke Singapura. Dengan demikian menjadi pemasukan bagi Singapura. Kini yang sedang digarap adalah teknologi. Intinya apa? Karena Lee Kwan Yew (Presiden Singapura saat itu-Red) adalah tokoh perubahan yang senantiasa mendidik orang-orangnya untuk berfikir, memiliki mindset perubahan. Mendidik orang Singapura agar berubah. ”kalau tidak berubah berarti mati”. Bukan yang terkuat yang akan mampu bertahan. Melainkan, yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan.
Contoh perubahan di BUMN adalah perubahan yang dilakukan Alm.Cacuk Sudaryanto di tubuh TELKOM dengan luar biasa. Sehingga beliau mendapatkan penghargaan Change Maker Society, karena berhasil menciptakan perubahan.
Dalam presentasinya, Rhenald Kasasi Ph.D mengungkapkan karakteristeik perubahan yang perlu diketahui antara lain bahwa Perubahan itu:
1. Misterius, tidak mudah dipegang
Perubahan merupakan pertarungan antar aktor dalam organisasi. Akan dilawan oleh kelompok orang-orang The Establishment yang tidak mau berubah.
2. Banyak resistensi (penolakan)
Manusia itu bukan resisten terhadap perubahan. Melainkan resisten untuk dirubah. Artinya, kalau perubahan itu datangnya dari orang lain. Orang akan mikir. Tetapi kalau perubahan itu datang dari dirinya sendiri maka orang akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian perlu Change Management. Bagaimana membuat seakan-akan perubahan ini tidak datang dari orang lain. Jangan jadikan mereka objek. Pemimpin jangan jadi Bos. Kalau seorang Bos dia akan bilang, ”jangan datang terlambat!”, tapi dia sendiri datang terlambat. Kalau seorang pemimpin menginginkan yang dipimpinnya agar tidak datang terlambat, dia harus memberikan contoh kepada anak buahnya. Pernah suatu ketika Rhenald Kasali menerima SMS yang isinya ”Kalau bos datang terlambat artinya dia sedang sibuk, tapi kalau anak buah datang terlambat artinya dia malas. Kalau bos berubah pemikiran, artinya pemimpin yang flexibel, tapi kalau anak buah berubah pemikiran, artinya plintat-plintut.”
Maka kalau kita akan menciptakan perubahan harus ada leader, pemimpin itu ”let’s go bersama-sama!”. Jadi jangan menyuruh orang berubah, tapi hendaknya mengajak, ”mari kita bersama-sama berubah!”.
3. Terjadi setiap saat
Perubahan itu tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua tahun sekali, tetapi harus ada adjustment, adjustable, tujuannya merubah cara berfikir, semua manajer setiap saat harus siap untuk menerima. Jadi perubahan terjadi setiap saat, tidak boleh hanya setahun atau dua tahun sekali, harus terbiasa.
4. Diwarnai mitos-mitos
Perubahan membutuhkan pengorbanan dan arahnya perlu dikendalikan. Mitos perubahan itu menimbulkan harapan-harapan, tetapi tidak langsung memberikan hasil, pasti ada masa-masa sulit.
5. Digerakkan oleh ”Change maker”
Harus ada tokoh pemimpin yang rela berkorban.
6. Membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan
Perubahan itu ada cost-nya, termasuk ongkos sakit kepala. Biaya sakit kepala ini besar, rasa ketidakpastian. Oleh karena, itu ”manajemen harapan” menjadi sangat-sangat penting.
Sementara keengganan untuk berubah ditimbulkan oleh Mitos Perubahan, bahwa:
Perubahan berarti PHK
Peribahan hanya dapat dilakukan oleh orang muda
Perubahan hanya dilakukan ketika ada masalah.
Perubahan berseberangan dengan kedudukan untuk mempertahankan warisan pendahulu.
Menurut Rhenald Kasali ada lima tips yang harus dilakukan dalam mengelola perubahan:
1. Melihat, bergerak dan menyelesaikan
2. Meluluhlantakkan kompleksitas dan bergerak lebih cepat
3. Mengubah budaya korporat
4. Dibutuhkan ketidakpuasan
5. Leadership dan teamwork
Mengelola change ini sangat tidak mudah karena kita terkontrol oleh kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. ”Selama ini kita bicara tentang perubahan itu secara struktural. Kalau mau lebih mendalam lagi, perubahan harus sampai kepada perubahan kultural, sampai ke culture-nya,” ungkap Rhenald.
Hampir semua tokoh-tokoh perubahan mengalami tantangan, harus perang, kena surat kaleng, kena sms palsu, kena fitnah, terpaksa harus memberhentikan orang, harus berkelahi, bahkan para Nabi Besar harus berkorban untuk membawa perubahan yang luar biasa pada umatnya. Seperti Nabi Muhammad yang melakukan perubahan, dari kehidupan ”jahiliyah” menjadi kehidupan yang lebih baik.
Kita juga dapat melihat contoh tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Martin Luther King yang menghapuskan politik segregasi di Amerika, itu perubahan. Kemudian juga Abraham Lincoln yang menghapuskan perbudakan sampai harus mengalami peperangan dengan orang selatan yang ingin mempertahankan perbudakan, akhirnya juga mati. Juga Mahatma Gandhi yang mempertahankan kehidupan demokrasi di India tanpa kekerasan, bahkan dia mengizinkan Pakistan untuk merdeka, akhirnya ditembak. Terakhir di Indonesia, kita juga melihat seorang tokoh perubahan juga mati diracun, Munir. Ini masih terus berlanjut. Betapa manusia seringkali tidak senang dengan adanya perubahan. Karena manusia pada dasarnya ingin hidup pada Comfort Zone, Zona yang nyaman.
Tetapi segala ketenangan itu telah melahirkan kita hidup dalam era comfort zone. Padahal comport zone is number one killer. Sekarang perubahan yang terjadi di seluruh dunia, mau tidak mau akan menerpa kita nantinya. Celakanya, perubahan yang membuat kita mati adalah perubahan mati yang pelan-pelan.
Perubahan itu dapat dilakukan dari berbagai aspek. Mulai dari yang paling luar misalnya aspek kemasan atau logo. Orang biasanya rentan untuk merubah sesuatu yang dianggap sakral, seperti logo perusahaan, organisasi dsb. Pada sebuah contoh kemasan, suatu biskuit yang dulu digemari kini tidak lagi diminati oleh generasi muda. Mereka menganggap biskuit itu biskuit generasi neneknya. Contoh lainnya pada produk sabun mandi, kini sabun mandi tersedia dalam kemasan cair, bintang iklannya pun selalu diganti dari masa ke masa. Tujuannya menurut Rhenald Kasali, agar produk tersebut selalu nampak fresh di pasar. Itu merupakan jawaban atas tuntutan perubahan. Demikian halnya pada mode pakaian, kemasan obat-obatan dsb.
Kemudian kalau kita masuk lebih dalam lagi, kita juga merubah struktur, kita bisa merubah cara orang bekerja, kecepatan kerja dan kita juga bisa merubah cara orang memberikan pelayanan lebih cepat, lebih baik, respon yang lebih cepat. Sampai kita masuk ke kulturnya, nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Jadi perubahan bisa menyangkut banyak hal.
Didalam manajemen perusahaan selalu kita bedakan ada tipe orang pedalaman dan ada tipe orang pesisir. Tipe yang lebih cepat melakukan perubahan adalah tipe orang pesisir, karena mereka berinteraksi dengan lebih luas. ”Jangan sampai anda menjadi tipe orang pedalaman. Mempertahankan tradisi terus-menerus dari masa-ke masa,” tegas Rhenald. Biasanya ciri-ciri orang tipe pedalaman di perusahaan terlihat ketika mengikuti suatu seminar di luar kota yang dihadiri peserta dari berbagai perusahaan. Mereka duduk satu meja dan berkumpul dengan teman sekantor, serta makan siang bersama teman sekantor. Tidak ada interkasi dengan dunia luar. Padahal gagasan-gagasan untuk mengembangkan jasa, pelayanan, kegiatan produksi dan sebagainya itu adalah perkawinan pemikiran. Perkawinan pemikiran dari orang-orang yang hanya mainnya di dalam akan melahirkan produk-produk atau karya-karya yang sifatnya cacat. Oleh karena itu interaksi, membuka diri dengan dunia luar itu sangat penting. Perusahaan yang sukses itu adalah perusahaan yang terbuka.
Contohnya negara Singapura. Singapura adalah negara kecil yang tidak punya apa-apa. Tetapi telah menciptakan pembedaan. Dimulai dengan kebijakan Singapura bersih. Karena negara-negara disekitarnya tidak bersih. Singapura melakukan pembedaan yang dapat diminati oreh para investor. Sehingga menjadi tempat weekend-nya para pengusaha, dengan dimikian dapat menerima pendapatan dan pajak yang tinggi. Disamping itu Singapura juga memposisikan diri sebagai Trading Center (pusat belanja). Setelah itu mengembangkan rumah sakit, yang sekarang mulai diambil oleh Malaysia. Berobat itu trend Malaysia sekarang. Kemudian sekarang Singapura memposisikan diri sebagai pusat pendidikan. Sehingga banyak orang tua di mana-mana yang menyekolahkan anaknya ke Singapura. Dengan demikian menjadi pemasukan bagi Singapura. Kini yang sedang digarap adalah teknologi. Intinya apa? Karena Lee Kwan Yew (Presiden Singapura saat itu-Red) adalah tokoh perubahan yang senantiasa mendidik orang-orangnya untuk berfikir, memiliki mindset perubahan. Mendidik orang Singapura agar berubah. ”kalau tidak berubah berarti mati”. Bukan yang terkuat yang akan mampu bertahan. Melainkan, yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan.
Contoh perubahan di BUMN adalah perubahan yang dilakukan Alm.Cacuk Sudaryanto di tubuh TELKOM dengan luar biasa. Sehingga beliau mendapatkan penghargaan Change Maker Society, karena berhasil menciptakan perubahan.
Dalam presentasinya, Rhenald Kasasi Ph.D mengungkapkan karakteristeik perubahan yang perlu diketahui antara lain bahwa Perubahan itu:
1. Misterius, tidak mudah dipegang
Perubahan merupakan pertarungan antar aktor dalam organisasi. Akan dilawan oleh kelompok orang-orang The Establishment yang tidak mau berubah.
2. Banyak resistensi (penolakan)
Manusia itu bukan resisten terhadap perubahan. Melainkan resisten untuk dirubah. Artinya, kalau perubahan itu datangnya dari orang lain. Orang akan mikir. Tetapi kalau perubahan itu datang dari dirinya sendiri maka orang akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian perlu Change Management. Bagaimana membuat seakan-akan perubahan ini tidak datang dari orang lain. Jangan jadikan mereka objek. Pemimpin jangan jadi Bos. Kalau seorang Bos dia akan bilang, ”jangan datang terlambat!”, tapi dia sendiri datang terlambat. Kalau seorang pemimpin menginginkan yang dipimpinnya agar tidak datang terlambat, dia harus memberikan contoh kepada anak buahnya. Pernah suatu ketika Rhenald Kasali menerima SMS yang isinya ”Kalau bos datang terlambat artinya dia sedang sibuk, tapi kalau anak buah datang terlambat artinya dia malas. Kalau bos berubah pemikiran, artinya pemimpin yang flexibel, tapi kalau anak buah berubah pemikiran, artinya plintat-plintut.”
Maka kalau kita akan menciptakan perubahan harus ada leader, pemimpin itu ”let’s go bersama-sama!”. Jadi jangan menyuruh orang berubah, tapi hendaknya mengajak, ”mari kita bersama-sama berubah!”.
3. Terjadi setiap saat
Perubahan itu tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua tahun sekali, tetapi harus ada adjustment, adjustable, tujuannya merubah cara berfikir, semua manajer setiap saat harus siap untuk menerima. Jadi perubahan terjadi setiap saat, tidak boleh hanya setahun atau dua tahun sekali, harus terbiasa.
4. Diwarnai mitos-mitos
Perubahan membutuhkan pengorbanan dan arahnya perlu dikendalikan. Mitos perubahan itu menimbulkan harapan-harapan, tetapi tidak langsung memberikan hasil, pasti ada masa-masa sulit.
5. Digerakkan oleh ”Change maker”
Harus ada tokoh pemimpin yang rela berkorban.
6. Membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan
Perubahan itu ada cost-nya, termasuk ongkos sakit kepala. Biaya sakit kepala ini besar, rasa ketidakpastian. Oleh karena, itu ”manajemen harapan” menjadi sangat-sangat penting.
Sementara keengganan untuk berubah ditimbulkan oleh Mitos Perubahan, bahwa:
Perubahan berarti PHK
Peribahan hanya dapat dilakukan oleh orang muda
Perubahan hanya dilakukan ketika ada masalah.
Perubahan berseberangan dengan kedudukan untuk mempertahankan warisan pendahulu.
Menurut Rhenald Kasali ada lima tips yang harus dilakukan dalam mengelola perubahan:
1. Melihat, bergerak dan menyelesaikan
2. Meluluhlantakkan kompleksitas dan bergerak lebih cepat
3. Mengubah budaya korporat
4. Dibutuhkan ketidakpuasan
5. Leadership dan teamwork
Tidak ada komentar:
Posting Komentar