Selasa, 25 Januari 2011

Kapitalisasi Potensi Diri

Motivasi pribadi Anda dengan menjadi pemicu tekad seseorang: visi, tujuan hidup, nilai-nilai pribadi, harapan, hasrat, dan bakat yang menjadi prioritas-prioritas hidup.
be well,
Dwika-ExecuTrain



Kenali & Kapitalisasi Potensi Diri (#2 Mental+Emosional)

by: Rio Purboyo


Karena membaca tulisan terdahulu, kita sudah lebih mengerti mengenai potensi dasar manusia, berikut indikator apa saja yang menandai kecemerlangannya. Nah, pada tulisan berikut ini, kita akan pertajam pembahasan pada potensi mental dan emosional kita.
Jika muncul rasa penasaran ketika Anda membaca, saya pastikan itu sepenuhnya adalah tanggung jawab pribadi Anda. Nikmati saja sembari asyiknya membaca…

#2 Kecerdasan Mental

Saya pikir ada tiga jalan kembangkan IQ atau kapasitas mental. Dan inilah kunci akselerasi kerja cerdas itu. Yakni:
1)     Pembelajaran dan pendidikan yang berkelanjutan, sistemik, dan disiplin.
2)     Menumbuhkan kesadaran diri (mengeksplisitkan berbagai asumsi).
3)     Belajar dengan cara mengajar dan melakukannya.
#2.1 Pembelajaran dan pendidikan yang berkelanjutan, sistemik, dan disiplin.
Seseorang yang berkomitmen untuk melakukan pembelajaran, pertumbuhan, dan perbaikan diri secara terus-menerus akan menjadi pribadi yang berkemampuan untuk berubah, beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perubahan kenyataan kehidupan, dan secara fundamental akan berkemampuan untuk membuktikan hasil di banyak aspek kehidupan.
Saya berkeyakinan bahwa seharusnya kita mengurangi sebanyak mungkin waktu untuk menonton TV dan memanfaatkannya untuk membaca, secara mendalam dan luas, di luar bidang-bidang yang sudah kita ketahui dan di luar bidang pekerjaan kita. Cara belajar yang unik dan mempermudah adalah dengan membagi presentasi atau buku yang kita baca ke dalam empat sisi: pertama, tujuan; kedua, pendapat utama; ketiga, validasi atau bukti-bukti; dan keempat, aplikasi atau contoh-contoh.
Saya temukan ketika melatih pikiran dengan model berpikir cara ini saat kita mendengarkan atau membaca, daya tangkap saya untuk memahami bahan tersebut menjadi sangat baik dan akurat, hampir setingkat dengan pemahaman yang kita miliki apabila kita telah menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mempelajari bahan/bidang tersebut.
#2.3 Belajar dengan mengajarkan dan melakukan.
Mengetahui tapi tidak melakukan sesungguhnya sama dengan tidak mengetahui. Belajar tapi tidak melakukan adalah tidak belajar. Dengan kata lain, memahami sesuatu, tapi tidak menerapkannya sama saja dengan tidak memahaminya. Hanya dengan melakukan atau menerapkannya, pengetahuan dan pemahaman dapat diinternalisasikan. Berikut ini dua program akseleratif, dalam menerapkan apa-apa yang kita pelajari:
a)     Pilih salah satu tulisan yang Anda sukai dari blog ini. Gunakan artikel pilihan Anda ini sebagai program pemberdayaan diri selama 30 hari, atau sebulan.
Kenapa harus sebulan? Karena para ulama, dan pakar pengembangan diri menyetujui bahwa itulah masa terpendek untuk jadikan sebuah pengertian menjadi kebiasaan. Baca, kemudian terapkan dalam keseharian. Dan dalam kurun waktu tertentu, semisal sepekan sekali, atau bisa juga lebih, ajarkan juga ke sesama. Anda akan menemukan jika Anda benar-benar berusaha untuk  menerapkan apa yang Anda pelajari dan Anda ajarkan selama sebulan, wawasan dan kebijaksanaan diri Anda akan meningkat tajam di bulan berikutnya.
b)     Gunakan pendekatan pertama, hanya yang kali ini sesuaikan dengan kurun waktu yang cocok bagi irama hidup yang Anda sukai.
Baca, terapkan, dan ajarkan dengan satuan tiap periode waktu yang Anda tentukan sendiri. Pendekatan ini memberikan Anda keleluasaan untuk menyesuaikan kecepatan belajar+mengajar Anda dengan keinginan atau situasi konkrit yang Anda alami.

#3 Kecerdasan Emosional

Lima komponen utama kecerdasan emosional yang telah umum diterima adalah: pertama, kesadaran-diri, yakni mampu untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri, menumbuhkan pengetahuan mengenai diri sendiri, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk memperbaiki diri.
Kedua, motivasi pribadi. Yakni berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu tekad seseorang: visi, tujuan hidup, nilai-nilai pribadi, harapan, hasrat, dan bakat yang menjadi prioritas-prioritas hidup.
Ketiga, pengaturan diri.  Kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu mencapai visi, tujuan, dan nilai-nilai pribadi. Keempat, empati. Kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat, mendengar, dan merasakan berbagai hal. Kita menempatkan diri dalam sepatu perasaan orang lain, dan menggunakan topi berpikirnya, selama kurun waktu tertentu.
Kelima, kemampuan sosial dan komunikasi. Yakni berkaitan dengan bagaimana cara mengatasi perbedaan sudut pandang, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk menggapai tujuan bersama. Dari kelimanya, kita mengenali hasilnya yang berupa istilah kerja mawas.
Sampai di sini dulu, perjamuan berkenaan pembahasan serial pemberdayaan diri. Lho, katanya ada empat potensi, yang bagian spiritual mana? Mungkin begitu, pertanyaan Anda. Semoga di kesempatan yang akan datang, kita akan kupas lebih tuntas mengenainya. Kalo ndak sabaran, ya nggak apa-apa, boleh-boleh saja, tapi masak gitu aja ndak ikhlas. :D
Semoga berguna, selamat berlatih memberdayakan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar