Rabu, 26 Januari 2011

Pengelolaan Keuangan Pribadi dan Customer


“Wah ayam goreng di kantin kantor naik 50%” .
“Aduh,cabe sekarang mahal banget yah.”
“Gila, parkir mobil dulu Rp.1000,- sekarang Rp.2000,- setiap kelipatan satu jam”
Tidak aneh apabila pada saat ini kita sering mendengarkan keluhan – keluhan tersebut dimanapun kita berada. Kenaikan harga barang dan jasa yang cukup tinggi dan tidak diimbangi dengan kenaikan penghasilan yang cukup, membuat banyak orang merasa mereka selalu kekurangan. Akan tetapi, dibalik kekurangan tersebut, ada gaya hidup yang mengharuskan kebanyakan orang untuk tetap menjadi konsumtif agar dapat mempertahankan gengsi. Cara apapun akan dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan yang sebenarnya tidak masuk dalam skala prioritas.

Di dalam perencana keuangan, melunasi hutang terutama hutang konsumtif adalah wajib hukumnya sehingga dapat mencapai keuangan yang sehat dan stabil. Walaupun begitu, tidak semua orang memprioritaskan pelunasan hutang setiap kali mereka mendapatkan penghasilan. Biasanya tanpa mereka sadari, mereka melakukan pengeluaran yang sebenarnya belum perlu dan menggunakan alasan “tidak cukup penghasilan” atau “terlalu banyak pengeluaran” untuk menunda pelunasan hutang. 
Salah satu kunci yang cukup penting agar customer dapat melunasi hutang mereka adalah dengan cara mengajarkan kepada mereka bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah mudah mengajarkan pengelolaan keuangan kepada customer? Apakah customer akan dapat dengan mudah menangkap apa yang kita maksud? Sekarang kita ambil contoh anak kecil yang sangat nakal dan kita sebagai orang yang lebih bijaksana ingin mengingatkan anak kecil tersebut agar menjaga prilakunya. Apakah dengan mengatakan “JANGAN!” anak kecil tersebut akan mendengar dan langsung mematuhi pertintah kita? Tentu tidak semudah itu. Kita harus menerangkan kepada anak kecil mengenai fakta dan konsekuensi terhadap tindakannya dan juga kita harus dapat memberikan contoh nyata kepada anak kecil tersebut sehingga dia dapat dengan mudah menangkap apa yang kita maksud. Seperti kata pepatah, AN ACTION SPEAKS LOUDER THAN WORDS. Inti dari cerita diatas adalah sebagai orang yang akan memberikan saran kepada orang lain, kita sendiri harus mengetahui bagaimana cara mengelola keuangan yang baik untuk diri sendiri dan keluarga. Dari pengalaman kita mengelola keuangan, kita dapat memberikan contoh kepada customer apa yang harus dilakukan dengan penghasilan mereka.
Ada beberapa check list yang harus dilakukan pada saat kita menerima penghasilan bulanan. Urutan pertama adalah melunasi hutang konsumtif dan membayar hutang produktif (bila ada). Hutang konsumtif adalah hutang yang dikeluarkan untuk aset yang nilainya akan berkurang (depreciate) seiring berjalannya waktu atau aset yang dibeli tidak lebih besar dari cicilan hutang   (pokok dan bunga) dan mengenakan suku bunga yang tinggi. Hutang produktif adalah hutang untuk aset yang nilainya akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai contoh yaitu KPR. Jumlah hutang konsumtif dan hutang produktif tidak boleh melebihi 35% dari penghasilan utama keluarga (suami atau istri). Lebih dari ratio tersebut, maka tidak aneh apabila anda mengalami kebangkrutan.
Urutan kedua dan juga memiliki peranan penting yaitu anda harus memiliki dana darurat. Dana darurat adalah dana yang dialokasikan khusus untuk kebutuhan yang sifatnya cepat. Dengan memiliki dana darurat yang cukup (3 bulan pengeluaran untuk single dan kelipatan 3 sesuai dengan jumlah keluarga yang ditanggung bagi yang berkeluarga), anda tidak akan mudah berhutang di kondisi yang  mendesak atau apabila anda terlanjur memiliki hutang, anda dapat membayarnya dengan menggunakan dana darurat dengan catatan setelah itu anda harus memenuhi quota dana darurat yang sehat kembali.
Urutan ketiga adalah pengaturan aliran dana / cashflow. Kebanyakan orang dapat menjawab dengan cepat berapa penghasilan mereka karena biasanya penghasilan hanya berasal dari satu atau dua sumber yaitu gaji dan keuntungan apabila memiliki usaha. Tetapi apabila ditanya berapa pengeluaran, biasanya orang akan berpikir sejenak dan berusaha mengingat kembali pengeluaran apa saja yang sudah mereka lakukan. Sumber pengeluaran yang begitu banyak membuat kebanyakan orang tidak fokus kepada pengeluaran yang lebih prioritas. Uang mengalir masuk hanya sebentar dan kemudian harus mengalir keluar lagi. Pengaturan cashflow yang tidak baik dapat menjadi pemicu mengapa banyak nasabah yang tidak dapat membayar kembali kredit/hutang mereka.
Kunci dari pengaturan cashflow yang baik adalah dengan memiliki disiplin dan juga dapat mengalokasikan dengan bijaksana penghasilan yang didapat. Salah satu cara traditional yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan sistem amplop. Pisahkanlah amplop menurut kebutuhan anda dalam satu bulan, contoh: Amplop 1 : untuk pengeluaran rutin (makanan,listrik, air, belanja bulanan, SPP anak dan lain- lain). Untuk amplop 1 ini, belanja bulanan sebaiknya dibudget sehingga pada saat belanja, anda tidak akan tergoda untuk membeli barang – barang yang sebenarnya tidak begitu anda butuhkan. Disiplinkan diri anda untuk tidak membuka amplop lain. Amplop 2: Cicilan hutang. Amplop ini harus dibuka terlebih dahulu dibandingkan amplop yang lain kemudian transfer uang tersebut kepada pihak yang memberikan pinjaman. Amplop 3 : Tabungan dan investasi. Amplop ini dibuka setelah pembayaran hutang, masukan dana yang ingin anda tabung atau invest kemudian transfer uang tersebut sehingga anda tidak akan melihatnya lagi sampai dibutuhkan. Amplop 4 : pengeluaran non rutin. Pengeluaran tidak rutin seperti ke salon, manicure, pedicure, spa, dan kebutuhan sekunder lainnya. Biasanya pengeluaran jenis ini lebih banyak porsinya tanpa anda sadari. Sehingga pada saat menerima penghasilan amplop 2 dan 3 harus dikeluarkan di awal dan kemudian baru mengeluarkan amplop 1 dan amplop 4.
Ajarkanlah kepada nasabah anda untuk lebih mendisiplinkan diri dalam pengaturan keuangan pribadi. Tetapi sebelum itu, terapkanlah kepada diri anda dulu sebelum memberikan contoh kepada orang lain.
Sumber : Artikel By Aidil Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar