Minggu, 31 Oktober 2010

Anda paham sebelum menuai usaha haruslah ada masa mencangkul, menabur, menanam, mengairi, manyiangi. Bahkan tak jarang usaha saat itu Anda perlu bermandi peluh, darah juga air mata. Sudahkah Anda telah melakukan hal ini?
salam,
Dwika-ExecuTrain


Usaha Jalan , dan kita tetap bisa berjalan-jalan
**lukmansetiawan.blogspot.com

Pemimpin dimanapun kehadirannya sangatlah dibutuhkan,instruksinya diperlukan saat kita bingung menentukan arah.Nasehatnya dibutuhkan saat kita bimbang menentukan langkah. Sedang motivasi dirindukan saat semangat kendur.

Dunia pendidikan tanah air mengenang Tokoh Ki Hajar Dewantara yang sangat indah menggambarkan nilai ideal seorang pemimpin. Dengan Slogannya yang terkenal, Tut Wuri Handayani ,di depan memberi tauladan dengan contoh yang baik, saat seiring selalu mensupport dengan motivasi dan ketika dibelakang memberi dorongan.

Pemimpin ideal hadir dari pribadi yang mampu memenangkan persaingan. Dunia olahragapun telah menginsipirasi bahwa untuk menjadi pemenang haruslah sanggup bersaing sejalan dengan semangat Citius, Altius, Fortius.Paling Cepat Paling Kuat Paling Tinggi .

Dewasa ini karena bermunculannya kompetitor bisnis telah membentuk kondisi persaingan yang serba ketat dan berat disegala bidang kehidupan. Siapa yang bisa membaca peluang, mampu berkelit dari masa sulit ,mengubah tantangan menjadi harapan dialah yang akan tampil kedepan sebagai pemimpin.

Lihatlah beberapa organisasi bisnis sebagaimana Jamu Jago yang identik dengan Jaya Suprana atau Sari Ayu yang lekat dengan Dr Martha Tilaar ,Primagama dengan Purdi E. Chandra dan Bob Sadino dengan Kemchicksnya.

Mereka semua lahir sebagai pemimpin bisnis melalui serangkaian ujian dan hambatan yang tidak mudah. Tetapi apakah kesuksesan itu dilewati selalu dengan kehadiran sang pemimpin di garda depan operasional bisnis mereka?Ternyata tidak mereka hanya mengawal bisnis mereka di masa pembentukan, tetapi pada saat yang tepat mereka menarik diri dari campur tangan langsung atas usahanya.Untuk selanjutnya membiarkan sistem yang berjalan mengarungi lautan kehidupan yang sesungguhnya.

Tugas sang pemimpin adalah meletakkan dasar , sistem dan nilai yang nantinya menjadi pedoman dan acuan dalam kegiatan harian. Kenapa hal ini bisa terjadi? seorang pemimpin justru sebaiknya memposisikan diri pada tataran perencana dan pengontrol dan bukan di level operasional.



Di dunia bisnis peran pemimpin memang sangatlah strategis.Apalagi bisnis adalah dunia yang mempunyai tingkat resiko sangat tinggi,setiap peluang yang menjanjikan selalu juga diiringi dengan kemungkinan kegagalan. Setiap perubahan dapat menimbulkan konsekuensi.Setiap langkah perlu diperhitungkan untung atau rugi.


Saat itulah justru pemimpin memasuki masa-masa pembentukan, penempaan yang sesungguhnya sehingga akan menemukan jati diri yang hakiki. Kualitas kepimpinan akan diuji oleh sekolah kehidupan, bertahan berarti lulus dan naik ke level berikutnya. Atau gagal yang ditandai dengan menurunnya performa usaha yang sedang digelutinya hingga melemparkan yang bersangkutan dari jalur yang dilaluinya.


Apa yang berlaku di organisasi pada umumnya ternyata mengalami pengecualian pada organisasi bisnis, campur tangan peranan pemimpin dalam operasional usaha tidaklah diperlukan selamanya.Selalu hadirnya sang pemimpin justru menimbulkan ketergantungan.

Diawal pendirian , keterlibatan sang pemimpin dalam kegiatan operational dapat difahami karena biasanya segala sesuatu lebih mudah dimulai dari sedikit pemain sehingga pemimpin rangkap tugas peranan mulai dari konseptor hingga ke eksekutor.Berlebihnya tenaga justru akan berdampak pada tidak efisiennya organisasi bisnis.Terjunnya pemimpin secara langsung juga bisa berfungsi sebagai bentuk interaksi agar sang pemimpin mengenal,memahami potensi usaha yang dimilikinya.

Saat bisnis telah berkembang dan menemukan performanya, kehadiran pemimpin justru akan berakibat ketergantungan yang dapat menimbulkan terbatasnya daya kreasi, daya cipta serta daya saing untuk menyelesaikan setiap masalah yang muncul.

Yang lebih membahayakan lagi adalah apabila suatu usaha lebih menggantungkan figur pemimpin dalam menggerakkan roda usahanya.Kemudahan dan fasilitas yang didapat sesungguhnya telah mengakibatkan pengkerdilan pemikiran, bahwa hanya dengan “menjual” figur pemimpin, maka bisnis akan berjalan, order akan didapat dan roda usaha akan mampu digerakkan.

Contoh inilah yang terjadi pada kasus kolapsnya beberapa bisnis dibawah bendera Management Qolbu Group yang dikomandani Da’i kondang KH Abdullah Gimnastiar dari Bandung.

Seperti diketahui karena kesuksesan berdakwah KH Abdullah Gimnastiar telah memberikan banyak kemudahan berkiprah didunia bisnis. Kharisma dan pesona telah menjadi magnet, menarik apapun peluang. Bahkan usaha yang awalnya dimulai dari bakso, bengkel motor telah berhasil merambah kebeberapa sektor lain seperti broadcasting radio dan stasiun televisi lokal, hotel percetakan, penerbitan buku, travel hingga ke lembaga pelatihan dan sebagainya.

Dalam perjalanan waktu terbukti bahwa bertumbuhnya usaha-usaha itu tidak semuanya murni karena kemampuan mereka memenangkan persaingan dengan merubah peluang hingga menjadi pundi-pundi keuntungan.

Ada sebagian justru yang tumbuh sebagai usaha semu, keuntungan diperoleh hanya didapat dari”menjual” nama besar sang Da’i.

Pada sebuah wawancara ekslusive yang ditayangkan salahsatu teve swasta baru-baru ini, beliau memaparkan bahwa dengan mulai menurunnya aktivitas beliau dipentas Da’wah Nasional, berakibat secara signifikan atas turunnya performa beberapa bidang usaha bahkan ada beberapa yang kolaps dan terpaksa ditutup.

Seleksi alam akhirnya hanya memilih usaha yang benar-benar sehat dan profitable , mereka tumbuh karena kemampuan bersaing dan membaca peluang bukan karena berlindung atas figur dan nama besar sang pemimpin.

Hal ini terjadi karena beberapa usaha dimaksud tidak berkembang secara sehat.Melainkan mereka hanya bertumbuh dibalik kemashuran dan nama besar sang pemimpin.Memang nama besar bagi sebagian kalangan diyakini sebagai garansi.

Maka, begitu nama besar itu mulai meredup pesonanya akan berakibat redup pula kemudahan-kemudahan yang selama ini mereka dapatkan.

Inilah yang kemudian menjadi alasan kenapa “Maha Guru” Brad Sugar, membatasi bahwa sang pemimpin layak disebut enterpreuner hanya di saat usahanya benar-benar telah berfungsi dan berjalan sebagai mesin bisnis saat kita tidak terlibat lagi dalam urusan operasional langsung.

Atau menarik apa yang sering disampaikan oleh Purdie E. Chandra sang Jagoan dari kelompok Primagama yang sering melempar guyonan bahwa bisnis yang sehat adalah kalau usaha kita bisa berjalan dan sang pemimpin juga diwaktu yang sama bisa berjalan-jalan. Kita tentu faham yang dimaksudkan sebagai kepergian pemimpin adalah untuk selalu mencari idea Bisnis, peluang yang lebih besar, lompatan yang lebih tinggi atau harapan yang lebih prospektif.

Akhirnya kita paham sebelum menuai haruslah ada masa mencangkul, menabur,menanam, mengairi, manyiangi. Bahkan tak jarang saat itu kita perlu bermandi peluh, darah juga air mata.Sudahkah kita telah melakukan hal ini?(bigluk).
Posted by Lukman Setiawan at 2:12 PM 0 comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar