Sabtu, 30 Oktober 2010

Makna berkecukupan

Terima setiap masalah sebagai sebuah konsekuensi.Kalau saat ini belum lagi kita menerima keberhasilan hidup, tentu kegagalan lah yang kita dapatkan.
Kegagalan memang guru terbaik yang dengannya kita akan memahami bagaimana manisnya keberhasilan.
salam,
Dwika-ExecuTrain


Kita menginginkan kekayaan kekurangan memberi arti makna berkecukupan dan syukur.
**lukmansetiawan.blogspot.com

Dalam kehidupan kita sering mendapati kenyataan tidak sesuai dengan harapan.Sebagaimana Minggu lalu saya menjumpai seorang kawan lama yang sekarang telah sukses sebagai pengusaha bisnis snack cemilan dan makanan ringan.

Secara kasat mata saya melihat symbol kesuksesan telah berada dalam genggaman.Rumah yang relative mewah, kendaraan mobil pribadi keluaran terbaru, beberapa mobil operational dengan beberapa motor terjajar rapi didalam garasi.Istri dan beberapa anak sebagai pelengkap kebahagiaan pun telah hadir mneyemarakkan rumah yang asri dan berada di tepi sebuah perumahan terkenal di kota saya.

Sebagai seorang pengusaha muda yang belum lagi genap berumur empatpuluh tahunan tentu semua orang telah menganggap dia sebagai seorang yang telah mencapai kebahagiaan dan kesempuranaan hidup.

Tetapi sore itu setelah saya dan dia berbasa-basi saling bercerita kondisi dan keadaan, maklum lebih sepuluh tahun tidak bertemu.Terlontarlah pernyataan yang menandakan rasa tidak puas atas apa yang telah dia raih.Ada beberapa obsesi yang ternyata belum dia sempat rasakan.Ya disatu sisi memang kegemilangan karir bisnis telah bisa diraih, tetapi karena sang teman memulai bisnis sedari muda ,bahkan saat dia berada di kelas 2 SMU dengan membantu orang tua.

Belum hadirnya anak laki-laki ternyata dianggap sebagai kekurangan yang harus juga didapatkan.Ya ternyata anak laki-laki oleh teman saya dianggap sebagai pelengkap dan kesempurnaan hidup.Dia beranggapan beberapa anak perempuan tidak akan mampu meneruskan tongkat bisnis yang telah dibangun dengan susah payah..

Memang Allah SWT tidak memberikan segala-galanya pada setiap orang. Tentu apapun yang oleh orang lain dianggap sebagai bentuk kesempurnaan. Tetap saja oleh yang bersangkutan masih dinilai sebagai kekurangan.Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau dari rumput sendiri ...Ada yang mendapatkan kemudahan di bidang harta, jabatan tetapi tidak memiliki anak.Ada yang memiliki kesehatan yang prima, anak-anak yang dilahirkan sesuai dengan harapan tetapi berkekurangan secara materi.Ada yang pandai di sekolah, berprestasi di karier tetapi gagal membina kehidupan keluarga dan seterusnya.

Dalam lingkup keseharian kita juga sering merasa tidak puas dengan apa yang kita dapatkan.Apabila kita mendapatkan dua maka kita merasa kecewa karena tidak mendapat lima. Kalaupun kita telah mendapatkan tujuh maka kita kurang berbahagia karena belum mendapatkan sepuluh dan seterusnya.

Sebetulnya apabila kita tidak puas atas apa yang tidak kita dapatkan atau kita menginginkan sesuatu yang kita tidak mampu mencapainya sebagai sebuah bentuk keluhan(complaint).

Saat kita mengeluh rasa syukur dalam diri kita akan hilang dan tergantikan oleh "negative perspective thingking".Sehingga rasa ini akan menggerogoti kenikmatan atas apa yang berada didalam genggaman dan sebaliknya justru akan mengabaikan begitu banyak kesenangan yang telah kita peroleh.Sebagaimana dalam sebuah hadits Qudsi yang masyhur yang mahfumnya berbunyi “Seandainya seluruh Pohon didunia ini digunakan sebagai pena, dan seluruh Lautan digunakan sebagai tintanya maka tidak akan pernah habis ditulis oleh anak Adam kenikmatan Allah SWT yang telah didapatkan”

Kita menginginkan kemudahan, Allah SWT turunkan kesulitan sebagai pembelajaran untuk mendapatkan hikmah atas segala ujian.

Kita menginginkan kekayaan , Allah SWT mengirimkan kekurangan sebagai pembelajaran atas makna berkecukupan dan rasa syukur.

Kita menginginkan Kelapangan , Allah SWT memberi kita banyak keterbatasan sebagai pembelajaran untuk menghargai kesempatan yang telah kita dapatkan.

Kita menginginkan kesehatan , Allah SWT memberi kita rasa sakit sebagai pembelajaran untuk dapat memaknai kekuatan.

Kita menginginkan kebahagiaan, Allah SWT memberi kita kesedihan sebagai pembelajaran agar mengerti makna keberlimpahan.

Kalau kita menginginkan seluruh kehidupan ini dilewati secara sempurna tanpa terganggu oleh adanya kegagalan dan cobaan sebetulnya Allah SWT mampu lakukan, tetapi tentu tidak akan dipenuhi sebagaimana harapan semua manusia. Karena dibalik masalah yang timbul ada upaya, usaha doa serta airmata yang akan membuat hidup lebih indah dan bermakna.Terpenuhi segala kenikmatan hanya akan menjadikan lemah.

Kita tidak menerima apa yang kita inginkan melainkan kita hanya menerima apa yang kita butuhkan untuk hidup.

Para Enterpreuner sukses telah memberikan contoh dan tauladan , kebanyakan para tokoh yang menapaki jalur bisnis dengan beragam ujian.Semua dilewati dengan kejatuhan, kegagalan bahkan kebangkrutan.Contohnya Donald Trump, seorang pesohor bisnis bidang property di America bahkan diawal usahanya harus menanggung hutang beberapa Juta USD, tetapi dengan keyakinan dan kecintaan atas pilihan hidup yang dimilikinya telah berhasil membuktikan bahwa kegagalan tidak perlu disesali, tetapi justru dijadikan energi untuk merubah hidup menjadi lebih baik.

Untuk itu diperlukan tindakan dan evaluasi atas apa yang diterima, karena setiap keluhan yang disampaikan tidak akan membuahkan solusi melainkan hanya berkurangnya energi hidup dan menghasilkan kebuntuan.
Maka sudahkah kita bisa menerima setiap masalah sebagai sebuah konsekuensi.Bukankah semua unsur dikehidupan ini diciptakan berpasangan, sebagaimana Siang dan Malam atau Panas dan dingin atau Tinggi dan Pendek atau laki-laki dan perempuan?Kalau saat ini belum lagi kita menerima keberhasilan hidup, tentu kegagalan lah yang kita dapatkan.
Kegagalan memang guru terbaik yang dengannya kita akan memahami bagaimana manisnya keberhasilan. Bukankah kegagalan adalah sukses yang tertunda?
Sudah barangtentu semua berpulang lagi bagaimana kita menyikapinya.Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah bila kita gagal menyadari adanya kekurangan dalam diri yang menjadi penyebab kegagalan terjadi. Karena kesuksesan memang hak setiap orang yang selalu siap menghadapi segala kondisi dan keadaan.
Lse,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar