Sabtu, 30 Oktober 2010

Siapa bilang karyawan tidak bisa kaya?

Anda harus memastikan bahwa kalau Anda berhenti bekerja, Anda atau keluarga Anda akan mendapatkan penghasilan minimal sama dengan seperti saat Anda bekerja.
salam,
Dwika-ExecuTrain


Ternyata Karyawan Pun Bisa Kaya
**Sumber: Bisnis Indonesia

Pernahkah Anda mencerna buku-buku Robert T. Kiyosaki? Syukurlah kalau sudah. Kalau belum, bergegaslah ke toko-toko buku terdekat dan segeralah mendapatkan buku-buku itu. Pendapat dan nasihat beliau sangat bermanfaat bagi Anda yang ingin mencapai kesuksesan secara financial. Untuk menjadi kaya, kata dia, Anda harus menjadi investor atau menjadi pemilik bisnis. Karena itu, kata dia, sedapat mungkin hindarilah pekerjaan sebagai orang gajian.


Di Indonesia, pengikut Kiyosaki tak terkira banyaknya. Layaknya sebuah agama, dogma tentang Cashflow Quadran adalah petuah yang diyakini banyak orang. Kalau mau mencapai kebebasan financial, demikian dogma tersebut, tempatkan dirimu di kuadran kanan dengan menjadi investor dan pengusaha.


Memang dalam bukunya Rich Dad's (The Business School), Kiyosaki menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan cashflow quadran. Dalam konsep tersebut dia menyebutkan ada empat macam orang dalam dunia bisnis dan apa karakter dari masing-masing mereka.


Di kuadran kiri, ada karyawan (employee) dan ada orang yang bekerja di usahanya sendiri (self employee). Ini mewakili cara orangorang yang mendapatkan uang dengan berjuang sendirian sebagai pribadi. Karma bekerja sendirian, maka potensi penghasilannya pun terbatas. Keterbatasan itu disebabkan karma kemampuan dan waktunya untuk bekerja memang terbatas. Karena bekerja sendirian, Kiyosaki sangat yakin kalau 'kelompok kiri' ini adalah orang-orang yang teramat sulit mencapai kesuksesan. Makanya untuk menjadi kaya, dia menganjurkan mereka untuk segera berpindah ke kuadran kanan.


Sebaliknya dengan menjadi pemilik bisnis (business owner) dan investor Anda tidak lagi mengandalkan pada kemampuan sendiri tetapi memanfaatkan kekuatan orang lain yang sudah dikemas dalam bentuk sebuah jaringan. Di kuadran tersebut Anda berbisnis dengan menggunakan waktu dan kemampuan orang lain. Karena itu peluang untuk menjadi kaya jauh lebih besar dicapai oleh orangorang yang hanya berada di kuadran kanan. Dengan meyakini dogma ini, Valentino Dinsi dan kawan-kawan meliris sebuah buku yang mendapat sambutan cukup meriah. Judulnya cukup provokatif, Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian. Dengan mengambil inspirasi dari sejumlah tokoh sukses di dunia usaha, Valentino memperte gas suara profetis Kiyosaki. Mau kaya, berhentilah menjadi pekerja dan mulailah berbisnis. Tak ada cara lain.


Manusia multi kuadran

Tentu saja kuadranisasi manusia ala Kiyosaki mengundang banyak kritikan. Menurut para pengeritiknya, pembagian kuadran seperti ini merupakan bentuk penyederhaan terhadap kemampuan manusia yang memiliki banyak dimensi dalam dirinya. Menurut mereka, keanekaan dimensi manusia itu tak bisa di sekat-sekat berdasarkan profes dan bentuk pekerjaan tertentu. Dengan menjadi karyawan misalnya tidak berarti insting Anda untul melakukan bisnis dan investas jadi hilang sama sekali. Anda pun bisa tetap mengembangkan bakat berbisnis Anda kendati Anda tercatat sebaga karyawan di sebuah perusahaari Tinggal pandai-pandailah Anda mengatur jadwal agar tidak bertabrakan.


Lagipula, dalam kenyataan sehari-hari memilih profesi lebih banyak karena faktor kebetulan atau keterpaksaan. Seseorang menjadi karyawan atau menjadi pebisnis, selain karena bakat dan pengalaman, juga ditentukan oleh faktor eksternal, yaitu peluang dan tantangan yang dihadapkan kepadanya. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa Anda tidakbisa seenaknya memilih menjadi'pengusaha' atau 'karyawan'.


Dan kalau saja sekarang Anda seakan-akan 'dikutuk' oleh situasi untuk menjadi karyawan, Anda tak perlu berkecil hati. Karena sebenarnya, dengan menjadi karyawan Anda pun masih bisa berhasil secara finansial. Dengan kata lain, Anda tak usah peduli dengan nasihat Kiyosaki untuk berpindah kuadaran. Nasihat yang tepat dalam hal ini adalah jadilah 'manusia multi kuadran. Untuk mengimbangi pendapat Kiyosaki, Anda boleh menimba pendapat Safir Senduk dan Edy Zaqeus. Dalam bukunya bertajuk Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya yang diterbitkan pekan lalu, Safir Senduk memberikan sebuah alternatif pemikiran yang layak disimak.



Menurut dia, seorang karyawan sebagai anggota kelompok kuadran kiri pun bisa mencapai kemapanan finansial. Yang terpenting, jelas dia, karyawan itu mampu mengelola uangnya. Menurut Safir menjadi kaya tidak tergantung pada bagaimana seseorang mendapatkan uang dan seberapa banyak uang yang didapatkannya. "Yang paling penting adalah bagaimana mengelola keuangan yang masuk. Misalnya dengan membeli barang-barang produktif, berhati-hati dengan utang, mengatur pengeluaran, menyisihkan dana untuk pos-pos masa depan dan memiliki proteksi," tulis Safir.


Dengan kiat-kiat tersebut, Safir seakan yakin bahwa sebagai karyawan Anda bisa melakukan halhal sebagaimana layaknya yang dikerjakan seorang investor. Dengan membenamkan uang di pospos produktif berarti Anda sedang mengerjakan kegiatan berinvestasi. Anda pada saat-saat yang sama sekaligus berada di kuadran kiri dan kanan.


Edy Zacheus yang juga akan segera merilis bukunya dengan judul Orang Gajian Bisa Kaya memiliki pendapat yang serupa. Dia yakin bahwa seorang karyawan juga bisa menjadii kaya asalkan d berada di lapangan kerja dengan level premium, yaitu level pekerjaan dengan pendapatan atau gaji yang tinggi.


Lebih lanjut Edy menginginkan agar menjadi menjadi kaya karyawan harus bisa mengatakan level pengeluaran yang tepat. "Selama ini ada kebiasaan bahwa semakin tinggi gaji maka semakin tinggi kebutuhan. Penyakit ini harus bisa disembuhkan dulu baru cita-cita menjadi kaya akan tercapai. Untuk itu harus dibedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Orang sering mencampuradukan kedua hal ini," tegasnya.

Kualitas personal

Lebih lanjut Edy menganjurkan pola pengeluaran seperti berikut. Dari gaji bulanan, 40 persen digunakan untuk pengeluaran rutin. Sisanya, 30 persen untuk tabungan, 20 persen untuk pengembangan diri dan 10 persen untuk biaya amal. Menurut dia, kalau formula ini diikuti secara ketat, maka peluang untuk menjadi kaya sangat terbuka lebar. Terutama, lanjut di karyawan tak boleh melupakan usaha untuk terus mengembangkan kualitas personal. "Walaupun untuk pengembangan diri dibutuhkan dana yang cukup besar."


Misalnya kalau Anda memiliki bakat untuk menulis, lanjut Edy, maka Anda harus menyisihkan dana yang cukup untuk membeli buku-buku baru. Itung-itung itu sebagai invetasi di sisi human resources. Begitulah sebagai karyawan semestinya Anda harus memiliki waktu dan dana untuk membiayai pengembangan diri melalui kursus dan pendidikan. Hasilnya tentu tidak mengcewakan. Selain akan meningkatkan karier Anda di perusahaan, pendidikan seperti ini bisa mengembangkan hobi Anda. Jadi jangan sekali-sekali pernah menyepelekan hobi. Karena dari hobi pun Anda juga bisa mendapatkan pendapatan sampingan.

Tak ketinggalan Pietra Sarosa pun setuju kalau sebagai karyawan Anda pun bisa kaya. Hanya saja dia mengingatkan tentang risiko apabila secara tiba-tiba Anda berhenti bekerja karena perusahaan bangkrut atau karena tertimpa kecelakaan atau meninggal dunia. "Saya kira sah-sah saja kalau karyawan bisa kaya. Yang terpenting Anda harus memastikan bahwa kalau Anda berhenti bekerja, Anda atau keluarga Anda akan mendapatkan penghasilan minimal sama dengan seperti saat Anda bekerja." jadi siapa bilang karyawan tidak bisa kaya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar