be well,
Dwika-ExecuTrain
Aliran Marketing
Apa itu marketing? Mengacu pada definisi baru AMA (The American Marketing Association) yang dirilis awal tahun 2008 kemarin, definisi marketing adalah :
“Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large“.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan marketing itu adalah Menukarkan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin stakeholder –pembeli, klien, patner, dan masyarakat umum-, dan sesering mungkin sehingga stakeholder untung, penjual pun untung. Untuk mencapai tujuan tersebutlah menurut buku Marketing Revolution oleh Tung Desem Waringin, dunia marketing terbagi menjadi dua aliran: Aliran Mengingatkan dan Aliran Menawarkan.
Aliran Mengingatkan / Branding / Awareness / Institutional Marketing
Aliran ini berkonsentrasi untuk mengingatkan akan adanya produk tersebut dengan berbagai kelebihannya. Tujuannya agar masyarakat atau target market aware/ sadar mengenai produk tersebut.
Marketing tipe ini condong untuk menghabiskan biaya yang besar. Disamping itu, karena mengingat tidak sama dengan membeli, strategi ini pun terkadang tidak meningkatkan penjualan yang signifikan. Ya! Memang orang tahu dan sadar kegunaan dan kelebihan produk itu tetapi kalau mereka tidak membeli malah membuat pengusaha/ perusahaan rugi ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah untuk suatu iklan yang tidak menghasilkan penjualan. Kelemahan strategi ini adalah sulit untuk mengukur efektifitas marketing dalam peningkatan sales sehingga biasa disebut Open Marketing.
Aliran Menawarkan / Direct Response Marketing
Inti dari aliran marketing ini adalah menawarkan produk untuk dijual sehingga calon konsumen langsung tergugah untuk membeli produk tersebut bahkan saat itu juga. Dengan metode tersebut biaya marketing yang dikeluarkan dapat dibandingkan dengan hasil penjualan. Sehingga biaya marketing keluar dengan efektif dan efeisien karena tiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan profit dari penjualan. Ini adalah Close Marketing dengan biaya marketing yang dikeluarkan dapat diukur penjualannya. Sadarkah anda? Bahkan yang terbaik dari strategi ini adalah biaya marketing bisa unlimited selama kita bisa mengukur berapa biaya marketing yang per costumer dan berapa keuntungan per konsumen (margin contribution).
Sebagai contoh biaya beli / marketing untuk seorang konsumen rata-rata biaya Rp.50.000 dan kontribusi margin rata-rata per konsumen Rp.100.000 maka biaya marketing boleh unlimited. Strategi ini dapat terus diulangi selama masih menghasilkan sehingga ada perputaran kas.
Lantas strategi mana yang menjadi pilihan? Perusahaan-perusahaan besar sudah lama memakai paham marketing pertama. Branding…branding.. dan branding…. Biaya yang tidak sedikit habis untuk iklan yang hanya mengingatkan dan tidak dapat menawarkan produknya. Strategi ini pun tidak cocok untuk industri kecil yang memiliki anggaran kecil.
Open marketing mungkin memang tidak dapat menghasilkan penjualan yang signifikan dan menghabiskan biaya besar. Akan tetapi jika suatu produk ditawarkan dengan strategi Close Marketing yang sama dan terus-menerus –yang mana biasa diasosiasikan dengan hard selling- akan membuat konsumen pun jenuh dan enggan untuk membeli. Menurut saya tidak menutup kemungkinan adanya kombinasi dari keduanya. Bahkan Marketing Guru Hermawan Kertajaya yang sudah lama menggeluti dunia open marketin pada awal tahun kemarin dalam buku New Wave Marketing mengutarakan teori barunya yang condong ke arah Close Marketing dengan konsep Low Budget High Impact! Entahlah mungkin ini memang masa transisi aliran marketing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar