Selasa, 28 Desember 2010

Social Energy

Saatnya Anda bergerak. Social media akan semakin berkembang tahun depan. Makin banyak informasi yang akan dibagi. Makin lama pula waktu yang mungkin akan kita habiskan di social media. Untuk itu, ayo mulai sekarang kita buat social system kita sendiri dan mulai menggali dan menyebarkan meaningful content–termasuk educational content.
be well,
Dwika-ExecuTrain




Saving Social Energy
by: Ed Yourdon on Flickr

Tahun 2010 adalah tahun yang sangat berarti buat social media. Lihatlah pencapaian jumlah pengguna yang luar biasa oleh sejumlah social networking sites, terutama Facebook dan Twitter. Hal ini membawa dampak yang besar buat kita, pengguna Internet. Kini, sebagian besar waktu online kita dihabiskan untuk social media, sehingga kita mulai khawatir bahwa produktivitas dan manfaat dari kegiatan online kita bisa jadi menurun. Bagaimana caranya supaya waktu online kita tetap meaningful?

Year of Social Media

Tahun lalu, di acara Youth Engagement Summit di Kuala Lumpur, saya bertemu dengan Marketing Director Facebook, Randi Zuckerberg, dan Twitter Co-Founder, Biz Stone. Saat itu mereka menyampaikan sejumlah rencana untuk tahun 2010, khususnya bagi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Tahun ini kita bisa saksikan sendiri hasilnya. Dengan 500 juta lebih penggunanya, Facebook kini adalah social network terbesar di dunia. Facebook telah mengubah cara kita berinteraksi dan berbagi informasi lewat Internet, hingga mengantarkan Mark Zuckerberg, salah satu pendirinya, sebagai TIME’s 2010 Person of The Year. Jumlah pengguna Twitter sekarang sudah lebih dari 100 juta. Twitter bahkan sudah bisa disebut sebagai sebuah news network, karena kini semakin banyak first hand information tentang beragam peristiwa di dunia yang bisa diperoleh lewat Twitter. Setiap harinya, 55 juta tweet dikirimkan lewat Twitter. How amazing.

Apa artinya ini buat kita yang ada di Indonesia?

Tentu saja banyak. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia adalah yang terbanyak kedua di dunia. Dalam hal penggunaan Twitter, Indonesia malah yang pertama. Dua fakta ini besar artinya. Kini kita terhubung dengan hampir semua orang dalam hidup kita: keluarga, teman SD, SMP, SMA, sampai orang-orang yang kita kagumi yang sebelumnya hanya bisa kita lihat di TV. Kalau ada statistik yang menghitung jumlah peningkatan kegiatan reuni tahun ini, pasti grafiknya meningkat dengan tajam. Beragam topik kini dibicarakan lewat Twitter, mulai dari kejadian sehari-hari, info lalu lintas, diskon, dunia hiburan, politik, media, dan sebagainya. Trending topics di Twitter pun bahkan beberapa kali berasal dari Indonesia. Intinya, kini semakin banyak informasi yang bisa kita peroleh lewat social media.

Banyaknya informasi yang mengalir lewat social media tersebut membuat kita harus lebih pandai memilih. Sebab, tidak semua informasi tersebut berguna. Malah sebagian besar tidak. Kalau dibiarkan terus, lama-lama kita bisa terjebak dalam conversations yang sebenarnya tidak penting. Bisa-bisa hal-hal yang benar-benar penting buat kita malah kita lewatkan karena tertimbun oleh berbagai macam garbage tersebut.

Social media are growing fast now and we are going to be socially tired.

Saving Social Energy

Manusia adalah makhluk sosial. Karena itu kita bersosialisasi. Social network kini memenuhi sebagian kebutuhan kita akan kehidupan sosial tersebut.

Banyak sekali yang bisa kita peroleh dari kehidupan sosial. Contohnya, buat seorang muslim, hubungan sosial yang baik harus dipupuk menjadi silaturahim, atau tali kasih sayang, sehingga hubungan tersebut memberikan banyak hal yang bermakna bagi semua pihak yang terlibat. Networking kini pun menjadi soft skill yang penting bagi setiap orang, terutama untuk kehidupan profesional. Social network bahkan sudah menjadi perhatian dunia bisnis saat ini.

Scott Young menyebutkan satu hal lain yang bisa diperoleh dari hubungan sosial, yaitu social energy. Katanya, “Social energy comes from spending time in a stimulating environment with other people“. Social energy ini hanya kita peroleh saat kita bersama orang-orang yang penting buat kita, saat kita berbicara atau melakukan hal-hal yang bermakna dengan mereka, dan atau saat berada dalam atmosfer yang suportif. Hal ini penting sekali buat kita. Sebab, orang yang bangkrut social energy-nya akan mengalami kebosanan, menurun produktivitasnya, bahkan mengalami kehampaan dalam hubungan-hubungan sosialnya.

Ini juga berlaku dalam hubungan sosial lewat Facebook, Twitter, MySpace, Multiply, Friendster, Koprol, dan social media lainnya. Sebab, hubungan sosial tersebut adalah perpanjangan dari hubungan sosial kita di kehidupan nyata, bahkan ada sebagian hubungan sosial kita yang hanya terjadi di dunia maya. Seperti dibahas di atas, meningkatnya jumlah pengguna, serta menjamurnya berbagai user generated content di berbagai social media tahun ini, membuat kita kebanjiran informasi yang kadang tidak ada gunanya sama sekali buat kita. Hal ini bisa menyedot sebagian besar energi sosial kita. We can be totally exhausted :(

Scott bilang, untuk menghemat social energy, kita harus membuat sistem. Ya, kita harus menciptakan sendiri sistem yang menjaga agar kita selalu memperoleh social energy secara rutin. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa sempatkan waktu khusus seminggu sekali untuk berkumpul di lingkungan yang mendukung dan selalu memberikan feedback yang baik untuk kita. Dulu saya sering melakukannya dengan mengikuti kelompok mentoring. Kini, saya juga sering menghadiri event yang inspiring seperti TEDxJakarta atau Forum Indonesia Muda. Ide-ide baru, optimisme, inisiatif, pentingnya menyadari kekuatan diri sendiri dan menghargai orang lain, serta dorongan untuk berkarya, selalu saya peroleh dari dua kegiatan tersebut. Makanya, setelah pulang dari sana saya selalu mendapat suntikan social energy yang berlimpah :)

Lalu bagaimana dengan social media?

Menurut saya, ada dua cara membangun social system yang efektif untuk menghemat social energy kita dalam social media, yaitu dengan menggunakan bantuan teknologi dan mencari content yang tepat.

Technology Helps Us

We must save our social energy. Ide tersebut telah menarik perhatian Microsoft, yang kemudian mengampanyekan gerakan Save Social Energy. Ternyata banyak cara yang bisa kita lakukan.

Dalam social media, karena user generated content yang kini jumlahnya sudah terlalu banyak tersebut tidak akan bisa kita kendalikan, maka kita harus mencari cara lain. Kita bisa menjaga social energy kita dengan melakukan personalization.

Dalam setiap account social media atau online media lainnya seperti blog dan email, pasti tersedia fasilitas untuk mengatur personal settings. Hal ini ditujukan untuk memberikan user experience yang bersifat personal, yaitu menyesuaikan dengan preferensi dan keinginan kita sebagai pengguna. Kita bisa menghemat social energy dengan memilih fitur, layout, desain, dan content yang ditampilkan.

Jika kita menggunakan email dan email yang kita terima setiap harinya terlalu banyak, maka sebenarnya kita bisa memilih dan memilah email-email yang penting buat kita. Webmail dari Google dan Yahoo! sudah menyediakan fasilitas filtering dan folders untuk melakukannya. Kita bisa menyaring dan mengategorikan email sesuai keperluan kita. Kini banyak juga fasilitas anti spam yang mencegah kita dari email-email yang tidak kita inginkan. Bahkan, kita bisa ‘menyapu’ email-email tersebut dengan menggunakan virtual broom seperti Hotmail Sweep.

Jika kita punya account di beberapa social media, kita bisa menggunakan aggregator. Misalnya, social dashboard seperti TweetDeck atau HootSuite. Kalau kita juga suka chatting, kita juga bisa gunakan Digsby atau Windows Live Messenger versi terbaru. Dengan menggunakan aggregator, kita tidak perlu membuka beberapa windows atau beberapa tab untuk melihat account social network kita satu per satu. Kita bisa melihat semuanya dalam satu layar. Fitur filtering yang dimiliki oleh aggregator membuat kita lebih mudah untuk memilih content yang akan kita lihat. Kita bisa menyaring content yang tidak relevan atau tidak berguna buat kita.

Singkatnya, banyak cara yang bisa kita gunakan untuk saving our social energy dengan bantuan teknologi :)

Meaningful Content

Selain menggunakan sentuhan teknologi, kita juga bisa menghemat social energy dengan mencari content yang meaningful buat kita. Banyak tema content yang tersedia di social media, misalnya musik, olah raga, youth movement, lingkungan, bisnis, dan sebagainya. Semuanya tergantung dari minat kita. Buat saya, salah satu meaningful content adalah educational content, terutama yang sifatnya open, yang oleh orang-orang di UNESCO biasa disebut sebagai open educational resources (OER).

Sejak tahun 2008, saya banyak berinteraksi dengan berbagai komunitas yang aktif menggunakan, membuat, atau mendistribusikan OER. Saya juga pernah ikut dua konferensi tentang tema tersebut, yaitu Open Education Conference di Utah, USA, dan OpenCourseWare Consortium Global Meeting di Hanoi, Vietnam. Di kedua konferensi tersebut saya bertemu dengan banyak sekali penggiat di bidang open education, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi.

Kini, open education sudah berusia lebih dari 10 tahun. Banyak sekali website yang menyediakan educational content yang bisa kita gunakan, misalnya Wikipedia, MIT OpenCourseWare, Connexions, Academic Earth, atau iUniv. Yang menarik, pengalaman kita dalam menggunakan educational content tersebut bisa kita share lewat social media. Malah ada beberapa yang di situsnya sendiri sudah menyediakan fasilitas social network.

Sayangnya, meskipun buat saya ini banyak bermanfaat, karena saya bisa mengakses high quality educational content dari para ahli maupun institusi pendidikan terbaik di dunia, ternyata hal ini belum terlalu populer di Indonesia :(

Salah satu penyebabnya, menurut saya adalah karena sebagian besar content-nya tersedia dalam Bahasa Inggris. Hal ini juga pernah disampaikan oleh Meena Hwang, Director of Community Outreach dari OpenCourseWare Consortium, pada saat kunjungannya ke Indonesia tahun lalu. Menurutnya, pelajar dan mahasiswa di pelosok nusantara, banyak yang tidak seberuntung kita. Mereka masih kesulitan untuk menggunakan bahan belajar dalam Bahasa Inggris. Ditambah lagi dengan banyaknya garbages yang menyebar di social media, content-content ini seperti makin sulit untuk didapatkan. Untuk mengatasi hal ini, rencananya, awal tahun depan saya akan buat semacam portal dalam Bahasa Indonesia agar teman-teman di Indonesia juga bisa memanfaatkan open educational resources yang sudah banyak tersedia di Internet. Wish me a luck!

OK, kini sekarang saatnya kita bergerak. Social media akan semakin berkembang tahun depan. Makin banyak informasi yang akan dibagi. Makin lama pula waktu yang mungkin akan kita habiskan di social media. Untuk itu, ayo mulai sekarang kita buat social system kita sendiri dan mulai menggali dan menyebarkan meaningful content–termasuk educational content ;)

This post is written for Microsoft Bloggership program. I have made this post sticky for easier review.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar