Rabu, 01 Desember 2010

Berpikir Dahulu

Kita sebaiknya belajar untuk berpikir dulu sebelum menyalahkan orang lain.
be well,
Dwika-Executrain




Kesalahan Atribusi
Oleh: Yamin Setiawan

Hari ini aku suntuk banget, atas saran salah seorang teman, aku mencoba kutak katik keyboard laptop biar suntuknya bisa hilang... :)

______________________

Uih.. panasnya hari ini. Sambil menunggu lampu lalu lintar berubah menjadi hijau, kuhapus keringat yang menetes membasahi pipiku.

"Teettt... tteeettt..."

"Uh.. sialan" pikirku. "Nggak sabaran amat sih mobil dibelakangku, nggak tahu apa kalau kendaraan didepan masih banyak yang belum jalan.. masih antri"

Tanpa kita sadari, seringkali kita jengkel dengan orang-orang yang tidak sabaran, yang seenaknya memijit bel, tanpa mempedulikan orang lain.

______________________

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.

Ada 2 golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan (atribusi eksternal). Sebetulnya kedua atribusi itu dapat terjadi sekaligus, tetapi menurut Heider, orang cenderung memilih salah satu saja, atribusi internal atau atribusi eksternal. Misalnya, kalau istri membuat kopi yang enak, suaminya akan memuji merk kopi yang diminumnya (atribusi eksternal), tetapi kalau kopinya tidak enak, maka sang suami akan mengatakan bahwa istrinya payah, tidak bisa membuat kopi (atribusi internal).

Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (1994) dapat bersumber pada beberapa hal:

1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error): kecenderungan untuk selalu memberi atribusi internal pada orang lain. Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll).
2. Efek Pelaku-Pengamat: kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada orang lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal. Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll), sedangkan setelah kita tanya, dia membela diri dengan alasan bermacam-macam, mungkin dengan alasan dia terburu-buru karena dia sedang membawa istrinya yang sedang hamil ke RS, dll (atribusi eksternal).
3. Pengutamaan Diri Sendiri: Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Saya pribadi, kadang melakukan hal yang sama dengan memencet klakson bila kendaraan didepan lajunya lambat sekali padahal lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau. Kita sering menyalahkan orang lain, tapi kadang kita tidak sadar bahwa kita pernah bahkan sering melakukan hal yang sama dengan orang yang kita salahkan.

Setelah mengetahui teori atribusi diatas, mudah-mudahan kita belajar untuk berpikir dulu sebelum menyalahkan orang lain.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar